"Gimana ujian akhir kalian?"Â
Dentingan piring dan sendok menjawab pertanyaan Bunda. Jelas itu pertanyaannbukan buatku. "Emil, Dara?"
"Eh, a -- apa Bun?" Suara Emilia terdengar gagap di sebelahku.
Kukulum senyum. Semalam aku mencuri dengar. Mereka curhat hal nggak penting. Bukan curhat tentang cowok sekelas, tapi tentang pria matang. Dara menggebu-gebu bercerita tentang Jimin. Lalu Emilia? Dia membandingkan Jimin dengan rocker Bon Jovi. Seleranya tua untuk ukuran bocah SMA kelas satu.
Kata Emilia, Bon Jovi tuh keren. Rocker macho yang nggak perlu nari-nari untuk menggaet cewek. Kalau kata Dara, justru nari-nari itu yang buat cewek klepek-klepek. Coba lihat cendrawasih pejantan menarik perhatian betina dengan menari. Mereka punya selera tinggi terhadap seni. Daripada menggilai pria yang kalau nyanyi sampai kelihatan uratnya.
Setelah itu bukan lagi sesi curhat pria matang. Mereka malah berantem. Aku geleng-geleng kepala kalau ingat.Â
"Kenapa, Adel? Pusing?"
"Hah? Nggak Bunda. Cuma keingat Emilia dan Dara semalam nggak belajar."Â
"Mbak Adel!" pekik mereka serempak.
"Kenapa gitu aja diomongin ke Bunda sih?" Dari nadanya Dara kesal. Biarin. "Mentang-mentang dulu sering rangking satu. Dasar sombong."
"Emil! Dara!" Nada Bunda penuh penekanan. "Benar kata Mbak Adel? Semalam kalian nggak belajar?"