Theranos didirikan oleh seorang pengusaha wanita bernama Elizabeth Holmes. Theranos menarik perhatian publik dengan memproduksi sebuah produk dengan teknologi yang diklaim dapat melakukan ratusan tes dengan hasil tes yang akurat dan dapat diandalkan dengan waktu yang lebih singkat hanya dengan setetes darah, sedangkan metode umum biasanya membutuhkan jumlah darah yang lebih besar.
Pada tahun 2003, sebuah perusahaan bernamaNamun pada 2015, media mulai mendapati keraguan terhadap klaim-klaim yang dijanjikan oleh Theranos. Beberapa ahli industri  dan mantan karyawan mengungkapan keraguan mereka tentang ketidakakuratan dan hasil yang tidak konsisten pada teknologi Theranos. Selain itu, terdapat kekurangan pada transparasi dan ketidakmampuan perusahaan dalam memverifikasi klaim-klaim yang telah disampaikan sebelumnya.
Akhirnya, investigasi oleh otoritas regulasi mengungkapkan kegagalan yang signifikan dalam teknologi dan produk Theranos. Klaim-klaim yang dibuat oleh perusahaan tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti yang memadai, dan didapatkan bahwa mereka melakukan tes dengan menggunakan peralatan dan metode umum yang sudah ada.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Elizabeth Holmes, pendiri perusahaan teknologi kesehatan Theranos, resmi dihukum karena menipu investor. Dakwaan ini muncul setelah berjalannya persidangan selama lebih dari empat bulan di California, Amerika Serikat (AS). Jaksa mengatakan Holmes secara sadar berbohong tentang teknologi perusahaannya, yang digaung-gaungkan bisa mendeteksi penyakit hanya dengan beberapa tetes darah.
Dikutip dari Diario AS, pada tahun 2018, SEC mendakwa Elizabeth Holmes dengan tuduhan penipuan. Regulator keuangan mengatakan bahwa Theranos telah mengambil lebih dari $700 juta dari investor dan membuat klaim palsu. Dan pada tahun yang sama Pengadilan Distrik Utara California mendakwa Holmes atas berbagai tuduhan dan dinyatakan bersalah pada tahun 2022. Holmes dinyatakan bersalah atas empat dari sebelas dakwaan dan mendapatkan hukuman sebelas  ditempatkan di penjara federal dengan tingkat keamanan rendah di Bryan, Texas.
"Holmes memilih penipuan daripada kegagalan bisnis. Dia memilih untuk tidak jujur dengan investor dan pasien," ungkap jaksa Jeff Schenk sebagai argumen penutup.
        Berdasarkan kasus Theranos tersebut, terdapat permasalahan etika dan tidak sesuai dengan sikap seorang enjiniring yang seharusnya. Theranos melanggar prinsip-prinsip etika profesi seperti kejujuran dalam memberikan informasi, kurangnya transparansi pada produk mereka dan mereka juga mengabaikan kesejahteraan pasien yang mengandalkan hasil tes palsu tersebut untuk pengambilan keputusan medis sehingga merugikan khalayak ramai.
Dalam analisa terhadap kasus diatas, terdapat beberapa masalah etika pada akar pemikiran etika dan teori etika.
- Pemikiran Etika
Pada cara berpikir etis Deontologis, hal yang dilakukan Theranos dapat dikatakan salah, karena mereka melakukan tindakan penipuan terhadap klaim-klaim yang dijabarkan sebelumnya dan kurangnya transparasi pada pengujian teknologi pada produk yang dilakukan oleh perusahan tersebut.
Dan pada cara berpikir etis Teleologis, tindakan yang dilakukan Theranos dapat dianggap jahat atau buruk, karena tindakan yang dilakukan Theranos dapat merugikan publik dengan hasil tes yang salah, meskipun niat awal perusahaan ini untuk menciptakan teknologi yang dapat membantu dunia kesehatan, namun malah menghasilkan kerugian dan dampak buruk bagi masyarakat.
- Teori Etika
Berdasarkan teori etika Utilitarianisme, perusahaan Theranos dapat melakukan tindakan yang bisa meningkatkan derajat manusia jika menghasilkan produk yang sesuai dengan klaim mereka. Akan tetapi, klaim yang diberikan perusahaan Theranos terbukti tidak benar, dan hasil tes yang dikeluarkan produk tersebut tidak akurat. Sehingga dapat dikatakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan Theranos ini tidak dapat meningkatkan derajat manusia bahkan merugikan publik banyak.
Berdasarkan teori etika Biaya – Manfaat, tindakan penipuan yang dilakukan Theranos terhadap investor hingga menghasilkan kerugian sebesar lebih dari $700 juta dan juga manfaat yang dijanjikan Theranos tidak sebanding dengan biaya dan resiko yang diakibatkan oleh permasalahan  Theranos tersebut. Sehingga tindakan Theranos dapat dianggap tidak etis berdasarkan etika Biaya - Manfaat
Berdasarkan teori etika kewajiban dan hak, perusahaan Theranos melanggar etika kewajiban dan hak, karena Theranos tidak memenuhi kewajibannya dengan memproduksi produk yang sesuai dengan fungsinya yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak konsumen untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan klaim yang mereka sampaikan.
 Dan berdasarkan teori etika moralitas, perusahaan Theranos jelas melanggar prinsip etika moralitas dengan melakukan beberapa tindakan, seperti penipuan dan ketidakjujuran mereka dalam melakukan klaim yang tidak konsisten dan tidak akurat tentang kemampuan teknologi mereka, mereka juga secara sengaja memanipulasi informasi untuk mendapatkan keuntungan finansial dan reputasi. Theranos juga tidak transparan akan praktik bisnis mereka dan tidak memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk memverifikasi klaim mereka. Hal-hal tersebut tentu melanggar etika moralitas dalam prinsip integritas, transparansi, dan akuntabilitas serta dalam hal kejujuran.
Dalam penyelesaikan permasalahan dari kasus Theranos ini, kita dapat menyelesaikan dengan pertimbangan paradigma positif dan paradigma negatif.
Paradigma Positif:
- Melakukan pendekatan yang lebih transparan dan memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang teknologi mereka kepada publik dalam praktik bisnis mereka.
- Melakukan penelitian dan pengembangan yang lebih cermat dan menyeluruh sebelum meluncurkan produk mereka ke pasar.
- Konsultasi dengan Ahli dan Komunitas Medis dalam pengembangan dan pengujian teknologi mereka
Paradigma Negatif:
- Bertanggung jawab secara hukum atas tindakan mereka yang melanggar hukum atau mengecoh publik.
- Sanksi Regulasi dan Pengawasan.
Dengan penerapan pada paradigma positif dan menghindari paradigma negatif, diharapkan kasus seperti Theranos dapat dihindari di masa mendatang dan integritas industri dapat dipertahankan.
Berdasarkan kasus Theranos diatas, kita dapat menggambarkan dampak serius dari pelanggaran etika profesi yang dimana hal tersebut bisa terjadi karena kurang transparansi dalam memberikan informasi, dan juga tidak adanya kejujuran dalam memproduksi suatu produk yang sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini tentu mengakibatkan banyaknya dampak negatif terhadap khalayak ramai, mulai dari para investor yang mengalami kerugian hingga $700 juta hingga publik yang merasa ditipu akan keaakuratan produk Theranos ini. Â Dan untuk menanggulangi agar kasus seperti ini terulangi lagi, kita dapat meningkatkan transparansi, pengawasan dan regulasi dalam memproduksi suatu produk. Dan kita juga harus mendorong kejujuran dan integritas dalam suatu praktik bisnis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H