Tentunya, layanan bimbingan konseling pada anak berkebutuhan khusus sangatlah penting dan cara penggunaan nya pun juga harus sangat hati-hati. Agar anak bisa terlatih dengan sempurna secara perlahan-lahan.
2. Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Pada hakikatnya, anak berkebutuhan khusus pasti membutuhkan media, peraga, atau kebutuhan lainnya dalam belajarnya. Tentunya ini sangat berat jika dilakukan sendrian. Tak layak jika di SLB banyak yang menangani dalam satu murid saja. Seperti anak yang tuli pasti ia membutuhkan alat bantu dengar, dan media apa saja yang bisa membuatnya nyaman. Selain itu ada juga anak yang autis yang anak itu pasti aktif sekali dalam bertingkah, tentunya ini tak hanya membutuhkan satu guru saja dalam belajar, pasti membutuhkan banyak tenaga guru. Seperti contohnya anak autis tadi, kita sebagai konselor harus bisa mengmbil hati sang anak, dengan cara pendekatan kepada anak, mencari apa yang ia senangi dan membuat hal yang disenangi itu adalah suatu media kebutuhan pembelajarannya. Contohnya jika anak autis tadi lebih suka main lempar-lemparan kertas yang berbentuk bola. Maka konselor juga bisa memanfaatkan bola kertas tadi sebagai media pembelajaran yang nantinya akan lebih seru jika diselingi pengetahuan-pegetahuan tentang mengenal hewan-hewan atau buah-buah an misalnya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.
Dengan dua cara diatas dapat membuka kemungkinan bahwa anak berkebutuhan khusus bisa menimba pembelajaran dengan nyaman dan baik. Sehingga anak juga bisa menempatkan dirinya dimana dn bagaimana nantinya.
Banyak diluar sana orang-orang yang berkebutuhan khusus mengalami kesuksesan dimasa dewasanya. Dan itu merupakan perjuangan konselor yang selama ini mendidiknya hingga menjadi sedemikan baik. Seperti contohnya seorang atlet yang kehilangan sebelah kaki nya tapi bisa menggapai kejuaran lomba atlet di dunia, ada juga anak yang kehilangan tangannya namun bisa menggapa kejuaraan dalam atlet berenang. Selain itu, ada juga yang tidak berupa kompetisi, namun lebih kepada skill kehidupan yaitu seseorang yang tidak memiliki kedua tangan tapi masih sanggup berjualan gulali dengan bentuk yang unik dan kreatif.
Dari pengalaman penulis juga merasakan, di taman pendidikan alqur'an atau TPQ saya mengajar disana. Namun ada satu murid saya yang mana keterbelakangan mental nya tertinggal. Umurnya sudah 15 tahun namun sifatnya masih seperti anak berumur 5 tahun. Sifat yang kekanan-kanak an, sering tertawa dan tersenyum sendiri, bahkan sering menyendiri di pojokan kelas. Hal ini merupakan tantangan bagi saya pribadi menjadi seorang guru bagi dia.
Saya mencoba untuk mengajarkannya seperti anak-anak yang lain, Cuma lebih kepada hati dan sikap yang lebih lembut lagi. Dan dengan cara itu saya berhasil mengajarkannya mengaji alqur'an secara perlahan-lahan memang keterbelakangan mental ini sangat berpengaruh bagi belajarnya. Namun hal ini tidak menutup semangat belajar dia. Dan saya terus mencoba mengajarkannya apa yang saya ajarkan.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa anak yang berkebutuhan khusus sangat perlu adanya layanan bimbingan konseling secara optimal. Layanan ini bertujuan agar anak berkebutuhan khusus juga tetap bisa memiki masa depan dan cita-cita nantinya.
- Vicca Wardahtul Ishlah-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H