Mohon tunggu...
Via Pristinia
Via Pristinia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

hula, selamat datang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Jauh Mengenai Sindrom Tourette

31 Desember 2021   00:50 Diperbarui: 31 Desember 2021   01:00 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: ruangbisnis.org

Asumsi-asumsi  ini  bisa  menjadi dasar untuk menggunakan psikoterapi  untuk membantu penyandang sindrom Tourette memaksimalkan potensi mereka dan kemudian mampu beradaptasi dengan kehidupan. Tujuan utama psikoterapi untuk penderita TS juga untuk memungkinkan mereka mengembangkan strategi koping yang positif.

Ada strategi yang harus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah TS. Kafein dapat memperburuk tic maka penderita TS harus menghindari minuman atau makanan yang mengandung kafein. Penyandang TS membutuhkan ruang untuk mengembangkan minat dan kemampuannya. 

Edukasi dan konseling secara keluarga, kelompok, dan individu sangat membantu pasien menyesuaikan diri dan mempercepat pemulihan. Untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran secara lebih sistematis perlu dibentuk organisasi atau lembaga seperti Tourette Syndrome Associations Foundations. Jika perlu, pemerintah bersama IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dapat membentuk komite nasional khusus menangani masalah TS, karena hal serupa sudah ada di Eropa (Anurogo, 2013).

Sumber

Anurogo, D. (2013). Fenomenologi Sindrom Tourette. CDK, 40, 900–906.

Heise, C. A., Wanschura, V., Albrecht, B., Uebel, H., Roessner, V., Himpel, S., Paulus, W., Rothenberger, A., & Tergau, F. (2008). Voluntary Motor Drive: Possible Reduction in Tourette Syndrome. Journal of Neural Transmission, 115(6), 857–861. https://doi.org/10.1007/s00702-007-0010-7

Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 2 - Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya.

Prima, E. (2016). Peran Penerimaan Sosial terhadap Psikopatologi Perkembangan Sindrom Tourette Pada Anak. BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(2), 129. https://doi.org/10.22515/bg.v1i2.234

Robertson, M. (2000). Tourette Syndrome, Associated Conditions and the Complexities of Treatment. Brain, 123(3), 425–462. https://doi.org/10.1093/brain/123.3.425

Robertson, M. M. (2008). The Prevalence and Epidemiology of Gilles de la Tourette Syndrome. Journal of Psychosomatic Research, 65(5), 461–472. https://doi.org/10.1016/j.jpsychores.2008.03.006

Walkup, J. T., Mink, J., & Hollenbeck, P. (2006). Advances in Neurology: Tourette syndrome (1st ed.). Lippincott Williams & Wilkins.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun