Mohon tunggu...
Flaviana Bone
Flaviana Bone Mohon Tunggu... Peternak - Viana

vianaoky

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cara Pengolahan Limbah

2 Mei 2021   22:06 Diperbarui: 2 Mei 2021   22:18 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pengelolahan Limbah Ternak Potong dan Dipasarkan Kepada Kelompok Tani"

Pengolahan limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Limbah ternak (kotoran ternak) dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah dan bermanfaat untuk pertanian. Limbah ternak dibedakan menjadi dua yaitu limbah padat dan cair. Limbah padat (feses) dimanfaatkan menjadi pupuk kompos dan limbah cair urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Menurut Hadisuwito (2007), pupuk kandang cair merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.

Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi mengandung unsur mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik, sifat kimia maupun sifat biologi tanah, mencegah erosi dan mengurangi terjadinya keretakan tanah (Sutanto, 2002). Menurut Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%, karena itu kandungan nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat sehingga mampu mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat.

Dalam era globalisasi sekarang ini setiap perusahaan atau organisasi harus mempunyai kebijakan atau strategi untuk dapat memajukan usaha tersebut. Perusahaan agribisnis sangat berpotensi dalam masa sekarang ini, perusahaan agribisnis dapat melibatkan sektor pertanian dalam arti luas termasuk didalamnya peternakan dan perikanan. Untuk jelasnya perusahaan agribisnis adalah perusahaan yang kegiatannya bersifat komersil dan selalu melibatkan sektor pertanian dalam arti luas, dengan tujuan untuk meraih keuntungan yang ekonomis. Populasi ternak di Indonesia setiap tahun terus bertambah sejalan dengan meningkatnya permintaan produk-produk hewani, seperti daging, susu, dan telur.

Untuk mencukupi hal tersebut, usaha sektor peternakan perlu peningkatan yang efisien guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemilihan bibit ternak dari segi usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sedangkan dari segi pemeliharaan sendiri, tujuan ternak sapi potong dikenal yaitu usaha pemeliharaan sapi potong bibit yang bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong dan keuntungan yang diharapkan adalah hasil keturunannya.

Potensi limbah yang dihasilkan

 1. Limbah dikelola dengan cara yang tepat

Lebih jauh dijelaskan pembagian limbah ternak menurut Parakkasi dan Hardini (2018), di mana limbah terdiri atas:

  • Manure/Kotoran TernakManure atau ekskreta adalah campuran antara feses (faeces), urin (urine), dan terkadang tercampur dengan bahan-bahan lain (seperti litter atau bedding atau material yang digunakan sebagai alas kandang) yang disengaja maupun tidak sengaja. Manure terdiri atas feses dan urin. Feses yang dihasilkan sapi dewasa bisa mencapai 20-25 kg/hari/ekor dan produksi urin 6-10 kg/hari/ ekor (Kemendikbud, 2017).
  • Limbah Ternak yang Berasal dari Pemrosesan Hasil Ternak.Limbah ternak juga dapat berasal dari pemrosesan hasil ternak, yaitu setelah hewan dipelihara baik di dalam maupun di luar kandang menghasilkan produk peternakan yang bila diproses lebih lanjut akan menghasilkan limbah. Untuk peternakan sapi potong yang mana sapi potong di proses di Rumah Pemotongan Hewan(RPH), limbah yang dihasilkan dapat berupa manur, offal, isi rumen, darah, kulit, dan air pencucian

Limbah peternakan dan hasil ikutan pemotongan ternak saat sangat bernilai ekonomi tinggi jika dikelola secara terpadu oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan lembaga yang selalu melakukan aktif mengembangkan kemampuan. SDM berperan penting sebagai agent of change dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan peternakan terintegrasi, khususnya dalam hal pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan yang dimanfaatkan dengan benar akan mendatangkan nilai ekonomi sehingga berkontribusi bagi perekonomian perdesaan. Selain itu juga dapat menurunkan efek gas rumah kaca karena emisi gas metana yang berasal dari limbah peternakan dan pemotongagn ternak.

Peternakan terbukti berkontribusi pada pencemaran tanah dan air, yakni limbah peternakan menghasilkan emisi gas metan yang menyebabkan perubahan iklim. Fakta ini mendorong penerapan praktik peternakan terintegrasi yang dapat dikelola untuk menyuplai kebutuhan pangan dalam negeri dan sekaligus ramah lingkungan dengan dikelolanya limbah peternakan dengan baik dan bernilai ekonomi. Diperlukan adanya revitalisasi pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutannya yang ramah lingkungan dan berorientasi ekonomi dengan prinsip 3R, yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur-ulang). Selain itu, revitalisasi pemeliharaan dan penanganan limbah peternakan juga harus mengacu pada circular economy atau ekonomi siklus sebagai praktik bisnis yang menguntungkan dengan memanfaatkan limbah dan produk samping/hasil ikutan dari aktivitas peternakan.

2 Penanganan Limbah

1. Penanganan Limbah Padat

 Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa pakan, kulit telur, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen dll (Sihombing, 2002). Kompos ialah bahan organik yang telah menjadi pupuk seperti daun-daunan jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, sulur, carang-carang, serta kotoran hewan

2. Penanganan Limbah Cair

Pengolahan limbah ternak dalam jumlah besar membutuhkan pengetahuan tentang kimia dan sifat-sifat biologis limbah/kotoran yang akan diolah. Pemilihan sistem pengolahan limbah didasarkan atas beberapa faktor antara lain biaya, kemungkinan timbulnya polusi udara dan air, kebutuhan tenaga kerja, letak perusahaan, pemilihan tempat penampungan kotoran, pemilihan operator serta fleksibilitas dan ketergantungan (Sarwono dan Arianto, 2004). Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi.

Ketika mengolah dan menggarap pupuk kandang, 3 hal hendaknya :

 1. Pupuk harus tersimpan baik dan tidak boleh terkena hujan, karena berakibat zat gizi tanaman hilang.

 2. Pupuk tidak boleh dibiarkan menjadi panas dan terurai terlalu cepat, karena volumenya akan sangat berkurang dan banyak zat lemasnya akan hilang karena menguapnya amoniak.

3. Pupuk itu tidak boleh menimbulkan gangguan bagi kesehatan, janganlah hendaknya menjadi sarang pembiakan lalat dan binatang lainnya (Tatal, 1981).

  • Pengelolahan limbah

Salah satu masalah yang paling dominan dalam usaha peternakan sapi potong adalah masalah limbah. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dll.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun