Segera mungkin Ray membawa Dewi ke dusun,
“tolong……… tolong….”pangil Ray kepada tetangga, tubuh Dewi membiru dan matanya pun terpejam,sembari Dewi mencoba menggerakkan bibirnya” maafkan dinda kanda, bilaman dinda masih diberi waktu, dinda kan selalu ingin bersama kanda”
“cepat pangil tabib kesini”suruh Ray kepada tetangga
Tatkala tabib datang,segera mungkin tabib mmeriksa denyut nadi Dewi,tapi tak di dapatinya.”maaf Ray,…”kata tabib
“tidak…. Tidak boleh,hanya bersamamu aku hidup,bersamamu ku bertahan”
Semalam suntuk Ray menangisi kepergian Dewi, pagi pagi Ray mengumpulkan batang pohon pisang dan merakitnya.Dengan perasaan sedih nan pilu Ray membawa Dewi ke tepi sungai dengan rakit pohon pisang. “dinda apalah arti hidupku bila tak bersamamu…,aku kan terus bersamamu hingga akhir hidup ini dinda, kanda kan membawamu ke ujung samudra tak bertepi,dam mmbiarkan pohon pisang ini membusuk bersama dengan berakhirnya cinta kita,kanda tak akan berlabuh sebelum bersatunya cinta kita kembali”
“Ya Tuhanku… aku percaya akan kekuasaanMu
Ku sadar benar ini kehendakMu
Bilamana Kau menghendakinya,tawarlah air laut ini….Surutlah air ini…Binasalah diri ini…..Tapi satu hal yang pasti aku mohon kepadaMu. Tolong beri kehidpan pada istriku ini…. Ambil separuh nyawaku untuknya…..Untuk kehidupannya”
Rakit itupun terus mengikuti arus sungai dan membawa mereka pada hamparan samudra, terus menangis dan berdoa yang hanya bisa di lakukan Ray. Tiba tiba seekor ular kobra menghampiri mereka berputar putar di sekeliling mereka.
“hai kau kobra,bila mana memang Tuhan yang menjadikan kau memisahkan aku dengan dinda, maka persatukanlah kami dengannya.Patuklah diriku ini biar ku bisa bersama dinda”