Matahari terbit dan tenggelam. Hari berubah menjadi minggu dan minggu berubah menjadi tahun.
Si dua bukit dengan matahari diantaranya telah berubah menjadi lebih hidup. Awalnya, aku hanya menggoresnya begitu saja dan mewarnainya. Sekarang, goresan itu sudah begitu 'biasa' oleh tanganku hingga waktu menggoresnya tak lagi selama itu.
Perlahan-lahan mulai kuragamkan goresan itu dengan awan, pohon, burung, jalan, rumah, sungai, orang dan ribuan hal lain yang bisa kupikirkan.
Kurasa, goresanku tak lagi se-'klasik' dulu.
.
Terkadang ketika mood-ku sedang bagus, aku akan mewarnai kertasku dengan pensil warna 64 set-ku. Ketika moodku sedang jelek, aku akan menggambarnya secepat mungkin dan se-tak-peduli mungkin. Ketika diriku sedang kesal, aku akan menggambar dan menghapusnya kuat-kuat berkali-kali hingga kertasku hampir robek karena goresan yang kuinginkan tak juga muncul. Ketika diriku sedang tak sabar, aku bahkan tak akan berhenti untuk menghapus, cukup hanya dengan meremas kertas itu dengan kesal dan menggantinya dengan yang baru.
Kertasku tak pernah lagi hanya putih dan kosong dengan sebuah titik di ujung pensilku.
Sayangnya, aku rindu titik itu.
.
Detik berlalu dan jam berdenting.
Hingga pada suatu momen, jam itu tak berdetak sama sekali.