Mungkin pada titik dimana aku melihat titik di ujung pensilku. Mungkin pada titik dimana diriku sadar bahwa titik di sebuah kertas putih kosong bukanlah menggambar. Mungkin pada titik dimana diriku sadar bahwa pelajaran menggambarku selalu berujung pada.. titik.
.
Beberapa temanku berkata bahwa diriku hanya perlu menggambar sesuatu yang mudah. Entah apapun itu atau hal klasik seperti dua bukit dengan matahari diantaranya. Bagaimanapun, yang terpenting adalah dirimu mengisi kertas kosong putih itu. Bukan bagaimana atau apa atau mengapa.
Sayangnya, diriku tak ingin 'hanya' mengisi. Diriku tak hanya ingin 'sekedar' mengisi. Diriku ingin.. entahlah.
.
Entah karena guruku yang selalu memanggilku dan orang tuaku karena sebuah titik. Entah karena kata-kata teman-temanku itu. Entah karena muak melihat kertas putih yang kosong. Entah karena bosan melihat titik.
Namun tanpa kusadari, titik berubah menjadi goresan.
Sayangnya, diriku tak tahu 'bagaimana atau apa atau mengapa' tentang goresan-goresan itu.
Satu yang kutahu, aku menggores sesuatu yang selalu digores 'semua' orang, si dua bukit dengan matahari diantaranya.
'Klasik'.
.