"Sebenarnya Nenek ini kerja cari kayu dari petang sampai petang lagi untuk apa? Nenek kan tidak punya anak atau cucu yang harus dibiayai," selidik Wawan.
"Yah, siapa tahu wanita keriput ini bisa menginjakkan kaki ke Tanah Suci, Wan," jawabnya tersenyum.
"Oalah...buat naik haji, to?"
Wawan manggut-manggut mendengar jawaban Nek Munah.
"Jangan bilang siapa-siapa lho, Wan. Takutnya ditertawakan. Cuma pencari kayu bakar tua bangka begini belagu punya mimpi naik haji," pinta Nek Munah pada Wawan.
"Loh, naik haji itu adalah hak dan kewajiban setiap muslim. Mereka yang berusaha keras untuk bisa naik haji adalah calon tamu-tamu pilihannya Allah. Hatinya bergetar untuk mendekat pada seruan Allah hingga langkahnya terasa ringan meski sebenarnya banyak halangan.
Tidak semua orang islam seperti nenek, ada yang ekonominya mapan dan masih muda belum punya keinginan naik haji. Bila ditanya 'kenapa'? Banyak alasan yang sebenarnya hanya dibuat-buat," terang Wawan panjang lebar.
"Berhenti, Wan! Sudah sampai!" teriak Nek Munah pada Wawan yang tidak sadar kalau rumah Nek Munah sudah hampir terlewat.
Seketika Wawan menghentikan motornya, membuat Nek Munah hampir jatuh kalau tidak pegangan kuat-kuat pada bagian samping motor.
"Alhamdulillah," syukur Nek Munah yang tidak jadi terjatuh. Tangannya mengelus dada yang sempat deg-degan.
"Maaf, Nek. Tidak sengaja."