Mohon tunggu...
Bibit Wiyanti Silvia Febriana
Bibit Wiyanti Silvia Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi membaca buku serta menonton film, saya juga senang menuis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Trauma dan Ketidakpastian: Dampak Psikologis Penggusuran Paksa terhadap Anak- Anak

15 November 2024   00:12 Diperbarui: 15 November 2024   00:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering kali mendengar tentang penggusuran paksa, penggusuran paksa sendiri sering kali terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia.Penggusuran secara paksa kini menjadi fenomena yang umum terjadi, sepintas memang tidak ada yang salah karena menjalankan perintah untuk menata ruang. Lalu apa sih yang dimaksud dengan penggusura itu?

Apa sih Penggusuran itu? 

Penggusuran merupakan pengusiran secara paksa penduduk yang menggunakan sumber daya lahan untuk perumahan dan bisnis, yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh pemerintah daerah

Akan tetapi dalam upaya "menertibkan" seringkali terjadi bentrok fisik antara aparat dengan warga yang menjadi target penggusuran.Alih-alih mencari solusi yang humanis,tindakan ini justru memperburuk kondisi sosial dan psikologis bagi masyarakat terdampak.Hal ini menimbulkan konflik berkepanjangan antara pemerintah dan masyarakat.

Selain itu penggusuran secara paksa juga memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan anak-anak yang menjadi korban terdampak penggusuran paksa.Penggusuran secara paksa memengaruhi keberlangsungan kehidupan anak-anak mulai dari aspek psikologis,sosial hingga pada pendidikan dan kesehatan anak-anak.

Mengapa Penggusuran Paksa memicu dampak negatif bagi anak anak?

Anak-anak yang menjadi korban dari penggusuran paksa kehilangan tempat tinggal serta lingkungan yang mereka kenal seringkali mengalami trauma serta tekanan.Terutama jika penggusuran tersebut dilakukan secara mendadak dan disertai dengan kekerasan.Saat anak-anak melihat orang tua mereka bentrok dengan aparat, hal tersebut dapat menimbulkan trauma yang mendalam bagi anak-anak.Tak hanya itu, penggaruh perubaan perilaku anak-anak saat mengalami trauma cenderung sering menunjukan gejala kecemasan,ketakutan berlebih serta menarik diri.Perubahan perilaku pada anak-anak dapat bervariasi berdasarkan usia dan tingkat keparahan pada trauma yang dialaminya.

Bagi anak-anak hal tersebut merupakan mimpi buruk,seharusnya mereka dapat bermain dan bersenang-senang diusianya tanpa memikirkan beban dan apa yang telah terjadi pada orang tua mereka yang menjadi korban aparat,membuat anak-anak tersebut memiliki rasa kecemasan. Sebagai contoh pada saat terjadi penggusuran secara paksa di salah satu Rusunawa di daerah Jawa Timur, anak-anak yang menyaksikan orang tuanya bentrok dengan para aparat, anak-anak tersebut mulai menangis histeris dan merasa sedih serta khawatir kepada orang tuanya yang diseret oleh aparat yang sedang bertugas, anak-anak yang merasa marah kemudian mereka melemparkan sebuah botol plastik bekas kepada aparat tersebut, dan saat itu aparat merasa tidak terima kemudian mereka menyeret paksa orang tua dari anak tersebut ke dalam mobil aparat.

 Dari kejadian tersebut anak-anak yang menjadi korban terjadinya penggusuran paksa mereka merasakan trauma yang mendalam saat bertemu dengan aparat.Bahkan hanya dengan melihat seragam yang sekilas mirip dengan seragam aparat dijalan, anak-anak akan merasa ketakutan dan tidak aman.Anak-anak cenderung emosional dan bergantung pada orang lain untuk mencari keamanan serta perlindungan. Mereka yang mengalami trauma serta ketidakpastian  hanya dapat bergantung oleh orang-orang disekitar yang menjanjikan tempat tinggal, entah layak huni maupun tidak mereka hanya mencoba untuk tetap bertahan hidup. Bagaimana rasanya berada dalam tubuh seorang anak kecil yang tidak berdaya mengalami semua kejadian tersebut?

Semua kejadian tersebut selain mempengaruhi kondisi psikologis anak-anak juga mempengaruhi kondisi sosial dan kesehatan anak-anak. Perpindahan tempat tinggal yang tidak stabil akibat dari penggusuran secara paksa juga memutus jaringan sosial dengan lingkunganya, sehingga membuat mereka merasa terasing dan sulit beradaptasi.

Situasi tersebut dapat memperburuk kesejahteraan fisik dan mental anak-anak terdampak penggusuran, Lalu peran apa yang dapat kita ambil dalam upaya menangani hal tersebut?

Kita dapat menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih manusiawi terutama dalam memperhatikan hak dan keejahteraan anak-anak agar mereka tetap dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan stabil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya yaitu :Memberikan dukungan Psikologis, dengan memberikan dukungan psikologis kita dapat membantu anak-anak memahami dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat, sehingga secara perlahan dapat memulihkan kondisi psikologis mereka. Menyediakan Akses Pendidikan,bagi anak-anak yang putus sekolah kita dapat menyediakan layanan pendidikan alternatif seperti sekolah darurat dilokasi pengungsian. Kita dapat bekerjasama dengan berbagai organisasi sosial untuk memberikan kemudahan akses pendidikan kepada anak-anak yang terdampak penggusuran. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi dampak negatif penggusuran paksa, serta dapat memberikan aspirasi positif bagi anak-anak untuk mengatasi tantangan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun