Komarudin menggelengkan kepala.
"Nih," kata Pak Rohim sambi memberikan satu bungkus rokok kepada Komarudin. Tanpa mengucapkan terimakasih, Komarudin segera pergi dari rumah pak Rohim menuju rumahnya. Tak sampai 30 menit, Komarudin sudah sampai dirumahnya dengan keadaan masih memegang alat pancingnya. Lalu, ia duduk dikursi meja makan.
"Bu, bu, aku lapar," kata Komarudin.
Keluarlah seorang perempuan tua dengan gamis warna hijau yang sudah usang dari sebuah kamar. Perempuan tersebut memperbaiki sanggulan rambutnya. Seraya menarik nafas dalam-dalam matanya terlihat nanar melihat Komarudin yang duduk dimeja makan.
"Aku lapar," kata Komarudin.
"Ada lagi pekerjaanmu selain melamun dipinggir sungai sambil memancing ikan memakan umpanmu?" tanya Bu Yati.
"Ikan-ikan zaman sekarang tidak mau makan umpan yang gratisan, Bu. Maunya umpan yang mahal, gengsian" jawab Komarudin.
"Memangnya hari ini kamu beri umpan apa?" tanya Bu Yati.
"Rumput," jawab Komarudin.
"Mana ada ikan yang hidup disungai yang kotor seperti itu, Nak," kata Bu Yati.
"Tempo hari aku lihat Pak Gubernur menanam banyak ikan lele, Bu,"