Tetiba Bapak membuka obrolan.
"Keenanti itu anakku. Anak perempuan satu-satunya. Aku menjaga dia sejak dalam kandungan sampai segede ini. Kamu enak, tinggal cantiknya. Dia sekarang udah cantik, kamu gak harus gantiin popoknya, cebokin pupnya, ngelapin ingusnya. Kamu cukup jagain dia minimalnya kayak aku, kalau bisa jauh lebih baik daripada aku."kata Bapak.
Aku melihat wajah Rio yang terkaget-kaget mendengar apa yang dikatakan Bapak.
"Bapak."kataku.
"Kalau kamu Cuma mau kenalan sama aku, sudah cukup silahkan kamu pulang. Kalau kamu mau nikahin anak aku, aku bisa ngobrol sama kamu sampai pagi."kata Bapak.
Aku bingung, kenapa Bapak?
Setelah kaget dengan perkataan-perkataan Bapak, selanjutnya aku dikagetkan oleh tingkah Rio. Dia mendekati Bapak lalu mencium tangan Bapak.
"Saya mau nikahin anak bapak."kata Rio.
Aku seperti disambar petir malam-malam. Dua orang laki-laki dihadapanku membuat aku 'cengo'. Perasaan sebelumnya aku tidak pernah membicarakan hal serius tentang pernikahan dengan Rio, tapi malam ini dia berani sekali bilang pada Bapak mau nikahin aku.
Tiba-tiba Bapak memeluk Rio sambil menangis.
"Dia anakku, dia anak perempuanku."kata Bapak.