Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seorang Perempuan yang Menunggu Kabar Seorang Pria

20 April 2018   13:15 Diperbarui: 20 April 2018   13:36 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://tootoou.com/

Jam menunjukkan pukul 21.30 dan aku baru mencharger handphoneku. Suasana begitu riuh karena yang datang saat ini sangat banyak. Aku benar-benar lupa memberitahu istriku. Ditambah handphoneku tidak aktif karena batrenya sudah habis. Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi istriku. Namun, tidak ada jawaban. Saat ini sudah jam 21.30 apakah dia masih menungguku di kantornya? Aku kembali menelpon istriku namun tidak ada jawaban. Lalu, aku memutuskan untuk menelpon Ibu. Ibu pun sama tidak mengangkat telponku.

Seorang perempuan menghampiriku dan mengajakku untuk tetap tinggal. Namun, aku menolaknya. Tapi berpamitan kepada teman-temanku yang lain aku langsung pergi meninggalkan kafe tersebut dan menuju rumah Ibu. Beruntung sekali jalanan tidak macet sehingga tidak sampai 30 menit aku udah sampai di rumah Ibu.

Ibu sedang duduk di ruang tamu bersama Ayah. Aku merasa kikuk untuk masuk ke dalam. Mungkin saja istriku ada di atas sedang beristirahat.

"Bu," kataku.

Ibu melihat kearahku.

"Habis darimana kamu?" tanya Ibu.

"Aku tadi ada kumpul dengan teman SMA. Ketika akan mengabari istriku, ada meeting dadakan dan handphoneku mati," kataku.

Ayah melihatku dengan tatapan sedikit kecewa.

"Istrimu datang ke sini untuk menjemput dua anakmu sendirian. Ibu tanya kenapa tidak bareng sama kamu, dia jawab mungkin kamu masih banyak kerjaan. Ibu sudah tawarkan untuk diantar Ayah, tapi dia tahu Ayah sedang sakit dan tidak ingin merepotkan," kata Ibu.

"Aku pamit pulang ya Bu, Yah," kataku sambil mencium tangan kedua orangtuaku.

Aku memacu mobilku dengan kecepatan penuh. Aku benar-benar merasa bersalah terhadap istriku. Mungkin bagi pria lain lupa mengabari istrinya adalah hal yang biasa, tapi bagiku tidak. Lagipula aku sangat menyesal karena mau saja untuk diajak berkumpul dengan teman-teman SMA disaat yang bersamaan aku berjanji akan pulang cepat dan menjemput istriku. Aku juga membenci boss ku yang mengajak meeting mendadak dan juga batre handphoneku yang habis. Namun, dari semua hal itu aku membenci diriku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun