Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seorang Perempuan yang Menunggu Kabar Seorang Pria

20 April 2018   13:15 Diperbarui: 20 April 2018   13:36 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya dikantor aku segera mengirim pesan kepada istriku. Sebuah pesan sederhana yang aku yakin bisa membuatnya tenang.

"Sayang, aku udah sampai di kantor ya," kataku dalam sebuah pesan singkat.

Mungkin bagi sebagian pria memiliki istri yang terbilang cerewet adalah musibah. Tapi, bagiku tidak sama sekali. Sebenarnya istriku tidak cerewet hanya saja dia memang sering banyak bicara. Tapi, dia melakukan hal itu atas dasar khawatir terhadapku. Awalnya memang aku merasakan hal tersebut sangat ribet sampai suatu hari aku pernah membentaknya dan membuatnya menangis untuk pertama kalinya setelah kami menikah. 

Setelah itu, aku langsung memeluk tubuhnya. Aku melihat bagaimana dia terisak sampai seperti kehabisan naskah. Dan aku tahu tangisan yang seperti itu adalah isyarat bahwa dia sangat sakit hati terhadap bentakanku. Dengan perasaan menyesal aku terus memeluk tubuhnya sangat erat dan tidak terasa air mataku pun keluar. Itu juga merupakan kali pertama aku menangis dihadapannya.

Sejak kejadian itu aku bersumpah kepadanya akan selalu membuat dia bahagia dan menjaganya dari segala macam bahaya. Aku berjanji tidak akan membuatnya sakit hati lagi. Dia adalah perempuan yang berharga dalam hidupku. Hal yang dia mau adalah hal sederhana jadi aku tidak dibuat ribet oleh hal itu. Lagipula semua alasan yang dia kemukakan maksud akal, dia hanya ingin menjagaku.

"Iya, yaudah aku kerja dulu yah," balasan darinya.

Aku hanya membalas pesan dengan emot love. Mungkin bagi sebagian orang saling mengirim pesan romantis kepada istri setelah memiliki dua anak adalah hal yang alay. Tapi bagiku tidak. Ini aku lakukan sebagai bentuk kasih sayang yang aku miliki terhadapnya. Lagipula jika saling itung-itungan perjuangan yang telah dia lakukan tentu aku tidak ada apa-apanya dibandingkan aku. 

Istriku harus mengurus dua anakku yang masih kecil. Anak sulungku berusia 3 tahun dan yang kedua berusia 1 tahun. Sebelum berangkat bekerja dia benar-benar mengurus anak kami terlebih dahulu. Dia tidak memperdulikan kondisi badannya yang aku yakin kelelahan. Setelah anak-anak siap untuk diantar ke rumah Ibu, dia mulai mengurusku. Dia siapkan baju, handuk, sampai bekal yang akan aku bawa.

Sementara itu, tugasku hanya mencari nafkah untuk dia dan anak-anak. Menjaga mereka dan memastikan mereka selalu bahagia dan baik-baik saja. Aku tidak harus menyapu seisi ruangan rumah dipagi hari. Aku tidak perlu bangun jam 4 hanya untu mencuci baju. Aku juga tidak perlu letih mengepel seisi rumah karena dia sudah melakukannya. Dia memang terlihat lelah tapi dia selalu menyembunyikan hal itu. Sebagai gantinya, aku sebagai suami memang bertekad ingin selalu membuatnya bahagia.

Jam menunjukkan pukul 13.00. Waktunya makan siang, seperti biasa dia akan mengirim pesan dan memastikan aku segera makan siang. Dia tahu pekerjaanku memang berat, aku membutuhkan asupakan makanan yang bergizi maka dia siapkan bekal untukku.

"Udah makan kamu?" tanya dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun