Mohon tunggu...
Vey van Driel
Vey van Driel Mohon Tunggu... -

hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Secuil Cerita di Balik KA Gopar Kelas Eksekutif

13 Maret 2014   06:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:59 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya tinggal beberapa menit saja kereta Gopar alias Argo Parahyangan menuju Bandung akan bergerak, tiba-tiba tiga perempuan berpenampilan keren tergopoh-gopoh menaiki kereta. Dengan nafas yang masih terengah-engah mereka ribut mencari tempat duduk sesuai nomor yang tertera pada tiket yang dipegang oleh salah satu perempuan tersebut.

Kebetulan satu perempuan duduk disebelah saya, dan dua lainnya beserta dua anak mereka duduk di kursi baris depan. Masih dengan kehebohannya, telpon sana sini, lalu sibuk kirim sms. Mereka seakan tidak memperdulikan penumpang lain yang melihat kehebohan mereka. Sampai-sampai saya yang duduk disebelah juga seakan dianggap tak ada.

Mungkin dia baru sadar kalau disebelahnya ada penumpang lain saat lengannya yang sibuk memegang telepon genggam menyenggol pundak saya. "maap..maap," ucapnya.

Usut punya usut, dari hasil curi dengar, ternyata masih ada tiga teman mereka yang tertinggal kereta. Perempuan disebelah saya akhirnya bertanya, "Maap mba, kalau kereta ini berenti di Jatinegara engga?".

Saya jawab, "Engga mba, kalau yang berangkat pagi banget ga pernah berenti di Jatinegara."

"Waduh...gimana ya," jawabnya.

Lalu saya bertanya, "Emang kenapa mba?"

"Tiga teman saya tertinggal kereta, mereka berangkat dari Parung, KRL-nya terlambat, jadi ga keburu sampe Gambir," sambil menghela nafas.

Kalau dilihat dari penampilan, cara berpakaian dan aksesoris yang mereka pakai cukup modis, alias mengikuti kemajuan mode jaman modern, penampilannya terlihat keren. Jauh banget dengan penampilan saya yang hanya mengenakan sepatu sport lusuh, celana jeans dan t'shirt belel serta tas ransel butut yang setia menemani.

Terlintas dalam pikiran, ini pasti anak muda tajir Jakarta yang mau jalan-jalan ke Bandung dengan kereta kelas eksekutif.  Sementara, saya terpaksa harus beli tiket eksekutif karena tiket kelas bisnis telah habis, ya harus merogoh kocek lebih dalam untuk bisa duduk di kelas eksekutif, tapi tak mengapa yang penting bisa pulang menemui orang tua dan anak.

Kembali lagi sama tiga perempuan yang tadi cukup heboh, kini sudah sedikit lebih tenang, ternyata tiga teman mereka akan menyusul dengan jadwal kereta Argo Parahyangan berikutnya. Ketika mata ini mulai terasa berat karena buaian suara kereta api yang menderu, saat kantukpun mulai menyerang, perempuan disebelah saya malah bertanya, "mau ke Bandung juga ya mba?". Saya jawab pendek saja, "Iya mba".

Saya jadi mikir dan ngantuk mendadak hilang entah kemana..hmmm sudah jelas nie kereta Argo Parahyangan hanya melakukan perjalanan Jakarta-Bandung (pp), napa die nanya lagi mau ke Bandung.

Eeeeh die nanya lagi, "Asli Bandung ya mba?".

Saya jawab pendek lagi, "Iya".

"Boleh nanya engga mba, kalau BSM yang ada Trans Studionya itu jauh ya dari stasiun Bandung?" tanyanya.

"Lumayan jauh, biar ga nyasar, pake taksi aja," jawab saya.

"Mba ama temen temen mau main ke Trans Studio?" sambil saya mikir, gue aje yang orang Bandung belum pernah maen kesono, tiketnya mahal bener...hehehe

"Iya mau ke Trans Studio, sekalian refreshing, tapi sedikit berubah nie jadwal gara gara temen ketinggalan kereta. Terus kita semua nginepnya di Hotel Panghegar Bandung," dia jawab dengan menyakinkan.

Waah...saya tambah yakin aja, kalau mereka emang anak anak tajir. Nginep di Hotel Panghegar bukan perkara gampang buat orang yang hidup pas-pasan kayak saya, itu hotel no 1 di kota Bandung..beuuu keren-lah

Dia nanya lagi, "Mba kerja di Jakarta, kerja dimana"?

"Iya saya kerja di Jakarta, jadi kuli" jawab saya sambil mata mulai merem melek lagi dah tuh.

"Kok kerja kuli sich mba?" tanyanya lagi.

Dalam hati saya cuma bisa bilang, deuuuuh nie orang bawel banget..sambil sedikit menahan tawa saya jawab, "Namanya kerja di kantor punya orang lain, ya namanya kuli dong,"

"Oooh kerja kantoran toh mba, kirain beneran kerja kuli panggul" ucapnya tersenyum lebar.

Saya cuma bilang, "ya ga beda jauh kok mba, sama-sama memikul tanggungjawab."

Penasaran dengan penampilan tiga perempuan yang keren-keren itu, sedikit melirik, ia mengenakan celana selutut, tungkai kakinya mulus, pake sepatu hak tinggi, kalah dah gue...mereka pastinya kerja di bank atau kantor perusahaan besar dan pastinya gaji mereka juga gede.

"Kerja dimana mba?" tanya saya.

"Saya kerja di Palmerah" jawabnya.

"Kerja di perusahaan apa?" tanya saya lagi.

"Waah, saya ga kerja di kantoran mba, tapi di perumahan?"

Saya jadi tambah penasaran, kayaknya nie orang kerja di kantor yang ada di ruko-ruko.

"Oooh..kerja kantoran di ruko ya mba?" tanya saya penasaran.

Dia langsung nyamber, "Engga kok, saya kerja jadi ART." tandasnya.

Saya jadi mikir lagi..mulut mangap mendadak kambuh...wakakakaka, perasaan yang saya tahu tuh PRT alias Pembantu Rumah Tangga, ART istilah apalagi nie?  Tapi ga mungkin orang se-keren ini kerja jadi PRT. Penumpang pria aja ampe pada melirik diam-diam berkali-kali.

Otak si penasaran ini terus mendesak agar bertanya lagi, "ART tuh kerja dibidang apa ya mba?"

Dia menjawab dengan yakin, "ART tuh Asisten Rumah Tangga"

"Oo..PRT maksudnya ya mba?"

Secepat kilat dia sambar menjawab.."Bukan, bukan mba, ini satu tingkat lebih tinggi dari PRT, tapi kerjaannya hampir sama sih" jawabnya dengan yakin.

Lalu ia lanjut bicara, "maaf ya mba saya ngantuk nie" lalu dia mengeluarkan headset dan mendengarkan lagu dari HP canggihnya lalu memejamkan matanya.

Dia takut ditanya macem macem kali ya, jadi ia lebih memilih untuk tidur...hehehe

Tinggal saya yang jadinya melek dah ah..

Pembicaraan terhenti sampai disitu, rasa kantuk yang tadi menyerang kini benar-benar hilang, saya jadi mikir panjang kali ini...saya yang bego atau emang sudah ada pembagian kelas dalam pekerjaan di rumah tangga. Tapi mungkin itu hanya beda penyebutan atau penamaan saja agar keberadaan mereka bisa lebih dihargai.

Hmmm..pembantu rumah tangga jaman sekarang emang yahuuuud dah. Ga bakalan ada yang menyangka jika mereka bekerja sebagai ART atau apalah sebutannya. Mereka bisa duduk di KA kelas eksekutif, dandan keren, refreshing di hotel berbintang dan menikmati permainan indoor yang harga tiketnya selangit. Saya akhirnya cuma bisa manggut-manggut sendiri kala itu sambil menikmati pemandangan melalui jendela kaca kereta. HIDUP PRT...eeeh ART, mereka juga manusia..!!

(perjalanan kereta: 7/9/2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun