Dalam kasus kekerasan yang terjadi di Binus School Serpong, penggunaan teori tindakan sosial Weber dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang dinamika yang terjadi di dalam geng pemuda, seperti Geng Tai (GT), serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan dan perundungan.
Pertama-tama, teori tindakan sosial Weber menekankan pentingnya makna subjektif yang diberikan oleh anggota geng terhadap tindakan mereka. Dalam konteks ini, anggota geng mungkin merasa bahwa kekerasan dan perundungan merupakan cara untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosial dan kekuasaan di dalam geng. Mereka mungkin melihat tindakan tersebut sebagai cara untuk menegaskan dominasi mereka dan mendapatkan pengakuan dari sesama anggota geng.
Selain itu, teori Weber juga menyoroti peran norma-norma internal dalam membentuk perilaku individu. Dalam kasus ini, Geng Tai (GT) dianggap memiliki hierarki internal dan norma-norma yang mempengaruhi perilaku anggotanya. Anggota geng mungkin merasa terdorong untuk melakukan kekerasan dan perundungan sebagai cara untuk mempertahankan atau meningkatkan status mereka di dalam geng, serta untuk mematuhi norma-norma yang ada.
Selanjutnya, konsep legitimasi kekuasaan dalam teori Weber juga dapat diterapkan dalam analisis kasus ini. Pemimpin geng, dalam hal ini Ketua geng, mungkin menggunakan kekerasan sebagai cara untuk mempertahankan atau memperkuat posisi mereka dalam hierarki geng. Kekerasan dan perundungan dapat dianggap sebagai cara untuk menegakkan otoritas mereka dan mendapatkan legitimasi dari anggota geng lainnya.
Selain itu, teori tindakan sosial Weber juga menyoroti perubahan dan transformasi dalam tindakan manusia seiring waktu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Geng Tai telah mengalami perkembangan dan transformasi selama berjalannya waktu, menciptakan hierarki internal dan norma-norma yang mendukung perilaku kekerasan dan perundungan.
Dengan menggunakan pendekatan teori tindakan sosial Weber, kita dapat memahami kompleksitas dan keterkaitan antara geng pemuda, kekerasan, dan perundungan dalam kasus ini. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dan dinamika internal geng, dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan dan perundungan di sekolah-sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4njy81z0dnoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H