Tidak mudah masuk ke geng ini, ada syarat dan tata cara yang harus dilakukan. Akan tetapi kalau masuk geng, ada keistimewaan yang didapat. Mulai dari dapat imbalan, bebas bayar parkir dan mendapatkan uang. Siswa yang masuk geng juga dianggap pemberani dan ditakuti pelajar lain. Bahkan disebut tak jarang anggota geng GT melakukan perundungan berujung pemukulan dan kekerasan kepada siswa lain. Anggota geng GT disebut berjumlah lebih dari 40 orang. Beberapa anak selebritas, pemilik media, hingga pejabat disebut bergabung di geng itu.
Membahas Korelasi antara Pemuda dan Kekerasan Melalui Teori Tindakan Sosial Max Weber
Menurut Weber, tindakan sosial adalah perilaku individu yang dipengaruhi oleh pemahaman tentang makna subjektif di balik tindakan tersebut. Dalam konteks bullying, para pelaku dan korban melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsi mereka tentang kekuatan, status, dan identitas sosial. Mari kita telaah lebih lanjut korelasi antara pemuda dan kekerasan dalam kasus bullying dengan memandangnya melalui lensa teori tindakan sosial Weber.
1.Pemahaman tentang Kekuatan dan Status
Pemuda yang terlibat dalam kasus bullying seringkali didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dan status di antara teman-teman mereka. Mereka mungkin merasa tidak aman atau rendah diri, dan melalui intimidasi dan kekerasan terhadap orang lain, mereka mencoba untuk meningkatkan perasaan superioritas mereka. Dalam konteks ini, tindakan mereka dipengaruhi oleh pemahaman subjektif tentang pentingnya kekuasaan dan status dalam hierarki sosial mereka.
2. Persepsi tentang Identitas Sosial
Bullying sering kali melibatkan penolakan atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok berdasarkan perbedaan identitas, seperti ras, etnisitas, gender, atau orientasi seksual. Para pelaku mungkin memiliki pemahaman yang sempit atau prasangka terhadap kelompok tertentu, yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan kekerasan sebagai bentuk penolakan atau dominasi. Di sisi lain, para korban mungkin mengalami stres psikologis dan emosional karena mereka merasa dihina atau diisolasi karena identitas mereka.
 3. Konteks Sosial dan Budaya
Weber menekankan pentingnya memperhitungkan konteks sosial dan budaya dalam memahami tindakan sosial. Dalam kasus bullying, faktor-faktor seperti norma-norma kelompok, budaya sekolah, dan media sosial dapat memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku para pemuda. Misalnya, kehadiran lingkungan yang mendukung kekerasan atau pelecehan dapat memperkuat perilaku bullying di antara pemuda.
4. Ketidakpastian dan Kecemasan
Weber juga mengakui bahwa ketidakpastian dan kecemasan dapat memengaruhi tindakan sosial individu. Pemuda yang merasa tidak aman atau tidak terpenuhi secara emosional mungkin cenderung menggunakan kekerasan sebagai mekanisme untuk mengatasi ketidakpastian tersebut. Mereka mungkin percaya bahwa dengan mendominasi atau melukai orang lain, mereka dapat merasa lebih kuat atau lebih dihormati di antara teman-teman mereka.