Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dikotomi Hisab-Rukyah Hilal Usai Melalui Bukti Astrofotografi

23 Mei 2020   01:55 Diperbarui: 23 Mei 2020   01:54 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubaca majalah,  Dr. T. Djamaluddin berkata: "Berdasarkan pengalaman ratusan tahun, keteraturan periodisitas fase-fase bulan diketahui dengan baik. Lahirlah ilmu hisab untuk mengetahui posisi bulan dan matahari. Akurasinya terus ditingkatkan, hingga ketepatan sampai detik dapat dicapai. Ketepatan penentuan waktu gerhana matahari, yang hakikatnya ijtimak yang teramati, sampai detik-detiknya merupakan bukti yang tak terbantahkan." (Majalah Percikan Iman).

"Bukankah dahulu juga sudah menggunakan pengamatan dengan mata telanjang yang Allah ciptakan ini?", gumamku.

Hal ini sebenarnya menegaskan bahwa apa yang disebut teknik hisab itu sebenarnya inheren dengan rukyah. Jadi, boleh dikatakan bahwa hisab bukan pengganti, karena dianggap lebih akurat. 

Kenyataannya, jauh sebelum umat Islam mengenal teknologi canggih, Rasulullah mengajarkan cara sederhana dan praktis itu. Alatnya cuma mata kita dan perhitungan 29 atau 30 itu. Dan bila mata kita terhambat oleh faktor cuaca, kita juga melakukan hisab untuk menggenapkan hitungan hari dari 29 menjadi 30. Baik hitungan 29 atau 30 kan hisab juga namanya. Baik Hilal tampak maupun tak tampak, kan rukyah juga dipakai.

Kembali ke soal hisab ansich yang keliru sebenarnya adalah hisab yang menghasilkan sebuah 'buku' penanggalan alias kalender. Melalui sebuah kalender, kita bisa melihat sejak jauh-jauh hari kapan tanggal 1 Ramadhan atau tanggal 1 Syawal. 

"Tapi, ingat! Catatan pada kalender itu selalu punya dua kemungkinan, yaitu ditetapkan atau digagalkan oleh faktor hilal", tandas suamiku.

Apakah Mata Manusia Tidak Bisa meleset?.

Tentu saja jika itu dilakukan oleh satu atau dua orang. Tapi, dengan bantuan  tim yang terdiri dari para ahli dan amanah, yang diposisikan di berbagai tempat strategis, maka kecermatan rukyah  itu bisa terjamin. Teknologi itu netral.

Jadi, ada dua ayat.  ayat-ayat qauliyyah, alias firman. Itulah ayat-ayat Kitabullah. Kedua, ayat-ayat kauniyyah alias segala sesuatu yang dijadikan Allah. Itulah yang tampak. Ulama sering berkata Allah 'berkomunikasi' kepada kita melalui kedua ayat itu.

Dalam konteks ini, Hilal atau Bulan Sabit adalah salah satu ayat kauniyyah, yang dengannya Allah berpesan kepada kita tentang penentuan bilangan bulan dalam setiap bulan Qamariyah (Hijriyah). Muncul atau tidaknya hilal di depan mata kita, itulah yang memastikan apakah jumlah hari dalam sebulan 29 hari atau 30 hari. 

Maka seharusnya tidak ada peluang untuk perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tidak menutup kemungkinan terjadi karena faktor kebodohan dan atau keangkuhan, yang dilandasi gengsi dan atau kepentingan proyek?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun