Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Diagnosis Fenomena Kalap Belanja Makanan dan Obatnya

2 Mei 2020   23:16 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:02 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Berbuka Puasa Berlebihan|dokpri

Manusia mana yang tidak punya hawa nafsu dan kebutuhan?. Semua, termasuk aku. Namun yang perlu diingat, banyak hal yang mesti kita pertimbangkan dan pahami untuk dikendalikan.

Entah ternyata kita lupa untuk membeli sesuatu atau ada kebutuhan mendadak yang tidak bisa diprediksi. Kan berabe juga bila isi kantong udah digelontorkan untuk makanan yang beraneka ragam, tapi kadang terbuang sia sia, sementara kebutuhan mendesak mesti dianggurin?.

Penulis sepakat, kalau bicara realita. Urusan perut ini kerap cenderung akan meningkat bagi sebagian besar kaum muslimin pada bulan Ramadan. Apakah bisa diatur dan dihindari?. Aku yakin bisa, tergantung pada niat diri yang bersangkutan.

Terlebih lagi, pada saat ini begitu banyak pilihan makanan dan minuman yang relatif istimewa. Mulai dari yang frozen hingga yang matang siap santap. Sehingga kita pun kebablasan dalam berbelanja makanan dan minuman. 

Yang mirisnya itu, sebagian dari kita amnesia. Kita sudah hobi bersikap boros dalam pengeluaran untuk konsumsi, hanya demi memenuhi keinginan hasrat perut dan mulut. Bukan lagi berdasarkan kebutuhan.

Dalam hal ini, wanita kerap menjadi kambing hitam si doyan belanja. Banyak yang bilang berbelanja sesuka jiwa merupakan surga dunia bagi wanita. Bahkan tak sedikit wanita, dalam hal ini ibu rumah tangga, sering kalap saat berbelanja.

Tanpa sadar mengakibatkan keuangan rumah tangga jadi amburadul berantakan. Yang paling sering terjadi adalah besar pasak dari pada tiang alias pemasukan lebih kecil dari pengeluaran.

Fenomena emak-emak kalap belanja makanan yang diinginkan sering kita jumpai di supermarket, minimarket, swalayan. Bahkan di pinggir jalan sudah bukan barang langka lagi.

Meskipun terkadang di lubuk hati terdalam mereka, ada sebongkah penyesalan. Entah mengapa kebiasaan itu selalu saja berulang. Seolah ada magnet berkekuatan tinggi yang menghipnotis.

Dalam Samber THR ini juga, aku tergelitik untuk mencoba menelisik apa faktor penyebab orang seumumnya kalap belanja makanan. Baik dari faktor eksternal maupun internal.

Pada prinsipnya, perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh informasi yang menyelinap di alam bawah sadarnya. Apakah berupa iklan, promo, diskon, dan sebagainya yang dilakukan secara berulang-ulang. Kok bisa begitu ya?. Ya, ala bisa karena terbiasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun