Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Koes Plus Tak Lekang Waktu, Orang Indonesia Jangan Sampai Tak Kenal Mereka!

23 Juni 2024   22:25 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:32 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selama kita punya kemauan, maka kita akan diberi kemampuan"

Yok Koeswoyo.

Saat remaja nama Koes Plus sering kudengar lewat desas-desus saja dan kukenal sebagai band jadul zaman Pak Karno. Pengetahuanku mulai bertambah sedikit ketika ada yang ngomong kalau Koes Plus itu The Beatlesnya Indonesia. 

Aku semakin kepo dengan band yang lagunya saat itu masih kukenal hanya Kolam Susu saja. Hingga pada saat siang yang menyengat di belakang 3 lampu bulat berurutan vertikal berpenampilan bosan yang sedang merah, aku berdampingan dengan mobil pick-up bermuatan ayam potong yang ngobrol agak serius dua orang di kepala mobil itu; sopir dan temannya. Yang kebetulan mereka menyetel lagu yang musiknya seperti Koes Plus tapi suara itu bukan yang nyanyi Kolam Susu, ternyata itu suaranya Mas Yon ditambah suara duanya yang nyanyi Kolam Susu, Mas Yok.

Tersenyum dianya padaku, manis...manis...manis

Kubelai rambutnya yang hitam, sayang...sayang...sayang

Alangkah senang hatiku

Bila kudekat denganmu

Alangkah senang hatiku

Sayangku hanya untukmu

"Tony Koeswoyo itu hebat sekali"

"Sebelum ada Koes Plus, ada Koes Bersaudara dulu"

Dua omongan itu yang kuingat-ingat sampai rumah. Siapa sih Tony Koeswoyo itu? Aku terngiang-ngiang dengan nama Koeswoyo. Ada Koeswoyo, ada Koes Bersaudara, ada Koes Plus, ada apa dengan Koes? Dari situlah kegandrunganku meneliti band jadul ini dimulai. 

Hampir setiap hari kuputar lagunya, kulihat foto personilnya yang wajahnya mirip-mirip, dan kutonton dokumenternya. Selengkap mungkin kucari data-data tentang mereka; akun media sosial, gaya hidup, kabar terbaru mereka. 

Namun, ternyata Koes Plus dan saya usianya sudah terlampau jauh. Sehingga, tidak memungkinkan saya menemukan kabar hangat tentang mereka. Tugas mereka mendidik dan menghibur lewat musik sudah selesai, mereka pun dipanggil Tuhan. Saat ini tinggal yang termuda di antara mereka, Mas Yok Koeswoyo.

Keluarga Koeswoyo yang Melegenda

 Melanjutkan apa yang dikatakan oleh Mas Sopir ayam tadi, Sebelum ada Koes Plus, ada Koes Bersaudara dulu.

Koes Bersaudara adalah band yang seluruh personilnya bersaudara kandung. Mereka terdiri dari; Tony Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo. Mereka asalnya dari Jawa, tepatnya Tuban. Kalau di Jawa, nama akhir itu biasanya nama bapaknya. Alhasil kita tahu bahwa bapak atau ayah mereka adalah Pak Koeswoyo.

Saya menangi seluruh personil itu meski hanya melihat mereka lewat media sosial, kecuali leadernya, Tony Koeswoyo. Wajah mesem-nya yang khas, berhidung mancung berbibir tipis banyak terpampang di media dan sampul Album Koes Plus, tapi entah kenapa rasanya masih kurang, ingin sekali bertemu langsung dengan Tony Koeswoyo meski mungkin hanya sekadar bersalaman, atau paling tidak melihatnya ngobrol pake bahasa indonesia lewat video. Karena yang kutemukan adalah wawancara beliau tapi menggunakan bahasa inggris, fasih sekali. Kata Mas Yon, kakaknya itu kuliahnya sastra inggris.

Banyak lagu yang meledak di pasaran itu hasil karya dari Tony Koeswoyo. Cak Nun pernah mengatakan bahwa sosok Tony adalah manusia yang daya imajinasinya lengkap. 

Dia menguasai sastra indonesia, arab, inggris, dan jawa, tafsir, serta komposer dan pencipta lagu yang penuh eksperimen pada waktu itu. Tony Koeswoyo adalah kakak tertua dari Koes Bersaudara. Ia memiliki pribadi yang tegas dalam bermusik. Pokoknya musik, tidak mau dicampur dengan yang lain. 

Suatu saat, adiknya Nomo yang saat itu berposisi sebagai pemain drum, membagi waktunya dengan bisnis. Ketahuanlah Nomo, lalu Tony menendang drum Nomo saat latihan, kamu milih musik atau bisnis? Musik ya musik, bisnis ya bisnis! Dan Nomo pun lebih memilih bisnis. Akhirnya keluarlah Nomo dari Koes Bersaudara. Untuk menggantikannya, masuklah pemain drum asal band patas sebagai ganti, yaitu Murry. Mereka pun merubah nama menjadi Koes Plus.

Karir mereka semakin melejit. Beragam jenis musik mereka coba semua. Mulai dari keroncong, kasidah, pop indo, pop jawa, rock, melayu dangdut semuanya ada. Total lagu mereka seribu lebih. Tapi yang tercatat 953 lagu dalam 89 album.

Mereka, anak-anaknya Pak Koeswoyo itu memiliki jasa besar untuk Indonesia. Tidak hanya musikalitas Tony yang revolusioner pada era itu. Tapi, jiwa nasionalis mereka tidak diragukan lagi. 

Lagu Nusantara 1-13 adalah bukti bahwa mereka sangat peduli terhadap bangsa Indonesia agar memiliki rasa mecintai dan memiliki terhadap Nusantara, tanah air mereka sendiri, itu kata Mas Yok. Syair lagu mereka berlirik bumi bermakna langit. Artinya, lirik yang terkesan sederhana dan populer sebenarnya memiliki makna yang luhur dan filosofis.

Bunga di Tepi Jalan dan Andaikan Kau Datang

Dalam lagu Bunga di Tepi Jalan, mungkin pendengar mengira bahwa lagu itu bercerita soal perempuan cantik yang dimetaforakan dengan bunga. Tetapi, menurut Mas Yok tidak demikian. Bunga di Tepi Jalan tidak bermakna seperti itu, melainkan bercerita soal anak jalanan yang butuh diarahkan, dididik dan diasuh, anak jalanan dimetaforakan bagai bunga. Mari kita amati liriknya;

Suatu kali ku temukan bunga di tepi jalan

Siapa yang menanamnya tak seorangpun mengira

Bunga di tepi jalan alangkah indahnya

Oh kasihan kan kupetik sebelum layu

 

Begitupula dalam lagu Andaikan Kau Datang. Mungkin banyak yang mengira bahwa lagu masterpiece ciptaan Mas Tony ini bercerita tentang kegalauan anak muda yang telah diputusin pacarnya lalu mengharap balikan. Akan tetapi Mas Yok pernah bercerita bahwa saat detik-detik wafatnya Mas Tony, Mas Yok sering dipanggil olehnya.

Mas Tony bercerita soal lagu itu, bahwa dalam lirik setelah aku jauh berjalan, dan kau kutinggalkan. Yang ditinggalkan bukan pacar atau kekasihnya, tetapi jasadnya.

Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi. Bukan menggelisahkan kekasih atau pacarnya ketika kembali nanti bagaimana? Mau jawab apa? tetapi menggelisahkan atas pertanggungjawaban hidupnya kepada Tuhan nanti. Kira-kira nanti kalau ditanya di alam kubur, bisa jawab atau tidak ya?

Bersinarlah bulan purnama, seindah serta tulus cintanya. Bulan di sini diartikan sebagai Nabi Muhammad, yang diharapkan dapat menyinarkan syafaat kepada umatnya dengan tulus dan cinta.

Lagu ini kuakhiri. Lagu dan kehidupan hakikatnya sama. Dalam lagu ada intro dan outro sedangkan dalam hidup juga ada lahir dan mati. Lagu ini kuakhiri: Hidup ini kuakhiri.

           

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun