Suatu saat, adiknya Nomo yang saat itu berposisi sebagai pemain drum, membagi waktunya dengan bisnis. Ketahuanlah Nomo, lalu Tony menendang drum Nomo saat latihan, kamu milih musik atau bisnis? Musik ya musik, bisnis ya bisnis! Dan Nomo pun lebih memilih bisnis. Akhirnya keluarlah Nomo dari Koes Bersaudara. Untuk menggantikannya, masuklah pemain drum asal band patas sebagai ganti, yaitu Murry. Mereka pun merubah nama menjadi Koes Plus.
Karir mereka semakin melejit. Beragam jenis musik mereka coba semua. Mulai dari keroncong, kasidah, pop indo, pop jawa, rock, melayu dangdut semuanya ada. Total lagu mereka seribu lebih. Tapi yang tercatat 953 lagu dalam 89 album.
Mereka, anak-anaknya Pak Koeswoyo itu memiliki jasa besar untuk Indonesia. Tidak hanya musikalitas Tony yang revolusioner pada era itu. Tapi, jiwa nasionalis mereka tidak diragukan lagi.Â
Lagu Nusantara 1-13 adalah bukti bahwa mereka sangat peduli terhadap bangsa Indonesia agar memiliki rasa mecintai dan memiliki terhadap Nusantara, tanah air mereka sendiri, itu kata Mas Yok. Syair lagu mereka berlirik bumi bermakna langit. Artinya, lirik yang terkesan sederhana dan populer sebenarnya memiliki makna yang luhur dan filosofis.
Bunga di Tepi Jalan dan Andaikan Kau Datang
Dalam lagu Bunga di Tepi Jalan, mungkin pendengar mengira bahwa lagu itu bercerita soal perempuan cantik yang dimetaforakan dengan bunga. Tetapi, menurut Mas Yok tidak demikian. Bunga di Tepi Jalan tidak bermakna seperti itu, melainkan bercerita soal anak jalanan yang butuh diarahkan, dididik dan diasuh, anak jalanan dimetaforakan bagai bunga. Mari kita amati liriknya;
Suatu kali ku temukan bunga di tepi jalan
Siapa yang menanamnya tak seorangpun mengira
Bunga di tepi jalan alangkah indahnya
Oh kasihan kan kupetik sebelum layu
Â