Assalamualaikum..
Apa kabar lontar...
Sudah lama aku tak senderan di atas gubuk kayu penuh buku-buku
tak mengecup telapak tangan kiai yang halus bertaburan ketentraman
tak memandang mesem wajahnya di kala aku melakukan kecerobohan
Juga tak lagi merasakan kepuasan, di saat ditafsirkan rahasia kehidupan
Lontar...
Masihkah kau menggemakan intisari ayat tuhan dikala orang-orang asyik akan kepongahan
Masihkah senandung Ratib Al-Haddad marasuk ke dalam sanubari santri-santri
Masihkah kitab-kitab turats memancarkan himmah di atas dampar kesucian
Ataukah sudah tak bermakna lagi, digantikan hingar bingar kebongkakan pemuda desa yang semakin hari kian memalukan
Meremang bulu romaku mendengar ceritamu
Lontar...
Masihkah hafalan qur'an dihidupkan dalam sunyi dikala orang-orang sibuk membelenggu hati dengan selimutnya sendiri.
Masihkah muroja'ah waqi'ah tabaaroka dan yasiin wal qur'anil hakima menjadi lentera surya yang mentereng di pagi hari.
Masihkah benteng hati itu kokoh meneguhkan pendidikan klasik yang cetar menggelegar bagai petir menyambar menggempur mental
Ataukah sorogan dan bandongan telah kehilangan ruhnya, digantikan perbudakan teknologi yang semakin menjadi-jadi
kowe ora bisa isina karo kancamu
kowe ora bisa isina karo kancamu
aja drengesan wae mbok sakno wongtua mu.
aja drengesan wae mbok sakno tonggo-mu.
Aku masih ingat betul dendang bait itu....
Lontar...
Aku rindu kau!
Â
Malang, 25-Desember-2023
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H