Mohon tunggu...
Verry Hendroprasetiyo
Verry Hendroprasetiyo Mohon Tunggu... Guru - Guru

SMKN 1 Indralaya Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

23 April 2024   12:44 Diperbarui: 23 April 2024   12:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untungnya tidak lama saya dapat mobil travel untuk pulang kembali ke Baturaja singkat cerita baru mobil travel masuk Baturaja, ada beberapa orang menghentikan mobil yang saya tumpangi sambil bertanya ada dak penumpang Namanya Verry…langsung saya jawab ada…ada. Rupanya orang tersebut adalah kakak dan saudara sepupu saya menjemput saya naik sepeda motor, begitu duduk diboncengannya saya tanya “Kito kemano kak…ke Rumah Sakit po rumah adik?” Agak lama dia jawab “kito ke rumah Kemelak (rumah adik saya)” mendengar itu rasanya mau jatuh dari motor dan begitu sampai rumah adik saya langsung menemui jenazah ibu saya sudah terbaring dan ditutup kain. 

Ya Allah kenapa selama kutunggui Mama sakit di Rumah Sakit maupun di rumah Mama tidak apa-apa, kenapa aku baru pergi sebentar Mama pergi untuk selamanya, belum sempet aku mengabdi dan berbakti dengan orangtua (keluhan saya tidak percaya dan tidak terima hal ini terjadi). Ahkhirnya saya sadar bahwa rezeki, maut dan jodoh Allah yang Maha Tahu dan Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambanya, hal ini diawali dengan malamnya keadaan setengah tertidur saya didatangi (lewat mimpi) oleh ibu saya…”Verry kamu jangan sedih Mama dak apo. Mama lah sembuh lihat perut Mama sdh kempes…” langsung saya terbangun menengok kesana kemari mana ibuku tadi yang barusan mengucapkan kata-kata tadi. Ya Allah ampunilah dosa-dosa ibuku terimalah segala amal ibadahnya disisiMu. 

Setelah menikah tahun 2006 dan punya anak tahun 2007 saya melanjutkan sekolah saya yang tadinya D3 Manajemen Informatika (STIMIK AMIKOM Yogya) tahun 2010 S1 saya ambil di Universitas Bina Darma tamat 2012. Untuk S2 belum tahu tergantung rejeki dan kalau ada bagian dari Allah SWT. Maaf uraian ceritanya agak panjang..karena inilah moment peristiwa positif bagi saya yang sangat terkesan antara mendapat rezeki menjadi PNS (Alhamdulillah hingga saat ini), meninggal ibu saya disaat saya baru lulus CPNS (walau beliau belum sempet menikmati keberhasilan anaknya…saya yakin ibu saya sudah sangat puas melihat saya dan kakak-adik saya menjadi orang (mapan), begitu juga dengan jodoh saya mana tahu teman saya di Palembang itu sampai sekarang menjadi istri saya. 

Peristiwa negatif mengenai peristiwa ini saya ambil disaat usia sampai dengan 27 tahun, karena setelah tamat dari sekolah (Tingkat SD, SLTP, SLTA) saya tidak berminat untuk melanjutkan sekolah atau kuliah walaupun orangtua dan saudara-saudara saya mendukung dan menyarankan untuk itu.

Saya terlena dengan bekerja istilah orang kita : lah tau duet jadi asik sendiri serta lupa dengan masa yang akan dating, sedangkan kakak, dan 2 adik saya kuliah saya sendiri yang tidak minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

Saya mulai bekerja malah sebelum pengumuman tamat SMA, dimulai niatnya mengisi waktu luang akhir terlena bekerja, awal saya bekerja ikut gabung di salah satu kontraktor rel kereta api (atas rekomendasi bapak saya yang sudah lama terjun didunia proyek). Tahun pertama bekerja saya hanya menjadi tenaga harian lepas, kerjanya cukup berat namun asik juga karena ini adalah pengalaman pertama saya bekerja dan di rel kereta api pastinya kondisinya tidak ramai seperti bekerja yang bergerak di bidang jalan raya ataupun baungunan gedung. 

Pendapatan gaji saya saat itu memang tidak terlalu besar tapi tetap saya anggap tidak kecil, ya namanya baru bekerja dan nerima honor pertama (alangkah senang dan bangganya). Tahun kedua bekerja saya tetap bekerja ikut kontraktor (Perusahaan) di bidang Kereta Api tetapi beda kontraktornya pada kesempatan ini status kerja saya tidak Harian Lepas lagi tapi sudah memegang jabatan walau masih rendah yaitu Logistik yang kerjanya mengurus alat/bahan masuk dan keluar dari gudang untuk keperluan pekerjaan, honorpun bertambah dari tahun sebelumnya belum lagi kalau ada tambahan-tambahan yang cukup menggiurkan pada saat itu. Tahun ke 3 saya tetap kerja di rel kereta api dengan perusahaan yang berbeda lagi naik lagi jabatan menjadi Supervisor staf dari kontraktor. Sampai tahun kelima saya bekerja di kerata api dengan 4 perusahaan (kontraktor) yang berbeda. 

Tahun-tahun berikutnya proyek pengerjaan di jalan kereta api sudah berkurang saya mulai bingung, wah nganggur ni, untungnya dak lama saya menganggur saya mencoba peruntungan kerja di pabrik kayu lapis (Plywood) tapi awalnya terkendala karena sebelumnya saya terbiasa bekerja dilapangan (rel kereta api) berubah bekerja didalam ruangan atau area saja tetapi tidak lama saya sudah bisa menyesuaikan diri namun bekerja di pabrik seperti itu membuat cepat jenuh dan penghasil dari honornya pun tidak menentu tergantung lembur kalau mau mendapat penghasilan yang lumayan tetapi daya tahan tubuh dan kesehatan sebagai taruhannya. 

Suatu ketika adikku cewek yang bekerja sebagai PNS Guru menikah, tadinya saya menyambut baik dan support untuk itu, karena bagi saya keperluan itu sangat penting bagi keluarga. Tapi disaat persiapan sampai acara pernikahan adik saya mulai banyak riak-riak masalah mulai muncul bersinggungan tadinya dan seharusnya sepele menjadi besar tepatnya dibesar-besarkan oleh saya, disaat itu sangat mudah sekali saya tersinggung dan menjadi sering marah-marah, ya maklum saja kalau ada acara besar disuatu keluarga apalagi ada acara nikahan adik tentunya kami mengundang keluarga besar baik itu untuk diskusi membahas persiapan acara dan lain-lain maupun ketika hari H. 

Sering terdengar nada-nada fals sehingga terdengar sumbang ditelinga ini. Terlalu sering membandingkan capaian adik kita yang sudah kerja (PNS lagi) dan menikah yang mana suaminya profesi PNS juga, terasa sekali seakan-akan kalimat tersebut menyambung ke saya, yang tidak sekolah (kuliahan) dan belum bekerja yang mapan, bagaimana mau melamar anak orang dan berumah tangga. Rasanya berat sekali beban moral yang harus saya terima tapi terlepas semua itu saya sangat kasih dengan adik saya, dan bertekad acara adik saya harus sukses. 

Puncak peristiwa negatif ini ketika selesai acara resepsi di Gedung ketika acara poto bersama keluarga, terasa sekali setiap poto bersama pengantin dan keluarga terasa saya dikesampingkan terus, disuruh geser…geser…akhirnya puncak kesal saya tinggalkan Gedung resepsi pernikahan adik saya tersebut dan langsung pulang kerumah tanpa ngomong lagi. Setelah acara selesai dan keluarga sudah Kembali ke rumah ibu saya bertanya ada apa sepertinya beberapa hari ini saya marah-marah dan uring-uringan terus. Saya hanya diam saja dan tentunya ibu saya tahu perasaan saya yang tertekan saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun