Pada tanggal 28 Desember 2024, dunia penerbangan dikejutkan oleh sebuah kecelakaan yang melibatkan maskapai Jeju Air, sebuah maskapai penerbangan asal Korea Selatan. Kecelakaan tersebut terjadi dalam perjalanan domestik dari Bandara Internasional Jeju menuju Bandara Gimpo di Seoul.
Artikel ini bertujuan untuk mengedukasi para pembaca agar bisa mengetahui lebih dalam apa yang menjadi penyebab Maskapai Jeju Air Kecelakaan dan juga untuk meningkatkan pemahaman mengenai insiden ini agar para pembaca tidak salah persepsi atau pandangan mengenai insiden kecelakaan pesawat Jeju Air.Â
 Insiden ini menjadi sorotan dunia karena maskapai Jeju Air dikenal sebagai salah satu maskapai dengan catatan keselamatan yang baik, kecelakaan ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai penyebab dan dampaknya. Kronologi Kejadian Kecelakaan Jeju Air terjadi pukul 09.00 pagi waktu setempat. awalnya maskapai  itu diperingatkan petugas menara kontrol akan ada serangan burung. Ini terjadi kala pesawat berusaha melakukan pendaratan awal, tak lama setelah pukul 09.00. Pilot sempat mengeluarkan peringatan "mayday" Tak lama setelahnya pesawat itu mencoba mendarat lagi.
 Kemudian, komando lalu lintas udara memberikan izin bagi pesawat untuk mendarat dari arah yang berlawanan. Video menunjukkan bagaimana pesawat itu mencoba pendaratan miring tanpa roda pendaratan yang diaktifkan. Rekaman video yang dramatis menunjukkan pesawat itu meluncur di sepanjang landasan pacu dengan asap mengepul. Kecepatan yang tak bisa dikendalikan membuat pesawat ke luar landasan.Â
Pesawat kemudian menabrak dinding di ujung dan terbakar. "Mendengar ledakan keras diikuti oleh serangkaian ledakan,. Penyebab kecelakaan : Sebagaimana dijelaskan, penyelidikan masih terus dilakukan. Tetapi para pejabat menduga kecelakaan itu mungkin disebabkan oleh serangan burung dan kondisi cuaca buruk. menurut, seorang saksi mata yang sedang memancing di dekat bandara saat kejadian, mengaku melihat kawanan burung yang bertabrakan dengan pesawat.
 Burung tersebut diduga tersedot ke dalam mesin pesawat sehingga menimbulkan api. "Saat pesawat itu mendarat di landasan pacu, itu menabrak sekawanan burung yang terbang dari arah berlawanan," kata saksi bernama Jung. "Saya mendengar dua atau tiga ledakan seakan burung tersedot ke dalam mesin sebelum api terlihat dari mesin sebelah kanan," tambahnya. Saksi mata lain bernama Kim Yeong-cheol menyebut pesawat Jeju Air tersebut sempat berputar-putar sebelum kecelakaan. Ia mengaku mendengar suara "goresan logam" sekitar lima menit sebelum kecelakaan. "Saya bilang ke keluarga saya ada masalah dengan pesawat itu sebelum saya mendengar ledakan yang keras," tambah saksi ketiga Yoo Jae-yong mengaku melihat percikan api dari sisi kanan pesawat sebelum mendarat.
 beberapa analis sempat menyebut landasan pacu yang pendek sebagai alasan lain. Namun seorang pejabat mengatakan hal itu kemungkinan bukan faktor penyebabnya. "Landasan pacu itu panjangnya 2.800 meter, dan pesawat berukuran serupa telah beroperasi di sana tanpa masalah," katanya.
berikut analisis mengenai kecelakaan pesawat Jeju AirÂ
1. Serangan Burung dan Kerusakan Mesin
Salah satu faktor utama yang diduga menjadi penyebab kecelakaan adalah serangan burung. Seperti yang disebutkan sebelumnya, para saksi mata melaporkan bahwa burung yang terbang di sekitar pesawat pada saat pesawat mendarat berusaha melintas dari arah yang berlawanan dan tersedot ke dalam mesin pesawat. Hal ini bisa memengaruhi kinerja mesin, yang dalam banyak kasus dapat menyebabkan kebakaran atau kehilangan daya mesin secara tiba-tiba. Kejadian seperti ini dikenal dalam dunia penerbangan sebagai "bird strike" (serangan burung), yang dapat memiliki dampak signifikan, terutama jika burung tersedot ke dalam mesin pesawat.
Menurut penyelidikan awal, beberapa burung yang tersedot ke dalam mesin pesawat Jeju Air diduga menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran. Insiden serupa sebelumnya juga pernah terjadi di dunia penerbangan, di mana burung dapat menyebabkan kerusakan parah pada mesin pesawat, bahkan menyebabkan kebakaran yang sangat sulit dikendalikan, terutama jika terjadi pada pesawat yang sedang dalam proses pendaratan atau take-off.
Saksi mata yang berada di dekat bandara mengungkapkan bahwa dia mendengar suara ledakan keras, yang menurutnya merupakan tanda bahwa burung-burung tersebut telah tersedot ke dalam mesin dan menyebabkan kerusakan serius. Kebakaran yang muncul kemudian diduga berasal dari mesin yang terkena dampak serangan burung tersebut.
2. Kondisi Cuaca Buruk
Selain serangan burung, kondisi cuaca yang buruk pada saat kejadian juga dianggap sebagai faktor yang memperburuk situasi. Meski para analis dan pejabat bandara menyatakan bahwa cuaca tidak dapat dianggap sebagai faktor utama penyebab kecelakaan, namun kondisi cuaca yang buruk dapat memperburuk manuver pesawat saat pendaratan.
3. Landasan Pacu yang Tidak Memadai?
Beberapa analis menyarankan bahwa panjang landasan pacu yang digunakan untuk mendarat mungkin menjadi salah satu faktor yang memperburuk kecelakaan ini. Bandara Jeju memiliki panjang landasan pacu sekitar 2.800 meter, yang dalam standar penerbangan internasional dianggap cukup panjang untuk pendaratan pesawat komersial seperti Boeing 737-800.
Namun, beberapa laporan mengungkapkan bahwa landasan pacu yang relatif pendek bisa saja mempengaruhi pendaratan pesawat yang sudah terhimpit dengan kondisi mesin yang rusak akibat serangan burung. Meskipun demikian, pejabat yang terlibat dalam penyelidikan langsung mengonfirmasi bahwa panjang landasan pacu tersebut seharusnya tidak menjadi masalah besar dalam pendaratan pesawat berukuran serupa. Pesawat yang lebih besar dan lebih berat telah beroperasi dengan aman di landasan pacu yang sama sebelumnya.
Meskipun demikian, beberapa pakar penerbangan tetap menilai bahwa pengaruh gabungan antara kondisi cuaca buruk dan kegagalan mesin akibat serangan burung bisa memperburuk kemampuan pesawat untuk mendarat dengan aman di landasan yang terbatas.
Dampak dari Kecelakaan
Kecelakaan ini memiliki dampak yang sangat besar bagi Jeju Air, yang selama ini dikenal memiliki catatan keselamatan yang baik. Maskapai ini kini menghadapi tantangan besar dalam memulihkan reputasinya, yang dapat terpengaruh oleh kecelakaan tragis ini. Selain itu, keluarga korban juga berhak mendapatkan kompensasi yang layak, dan berbagai tuntutan hukum mungkin akan mengikutinya.
Industri penerbangan Korea Selatan juga kemungkinan akan melakukan evaluasi ulang terhadap standar keselamatan dan prosedur operasional, terutama terkait dengan potensi serangan burung dan kesiapan menghadapi cuaca buruk. Penyediaan pelatihan yang lebih baik bagi awak pesawat dan prosedur darurat yang lebih efisien akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan keselamatan penerbangan di masa depan.
Penutup
Kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi pada 28 Desember 2024 adalah sebuah tragedi yang menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia. Penyebab pastinya masih dalam penyelidikan, tetapi serangan burung, cuaca buruk, serta kerusakan mesin tampaknya menjadi faktor utama yang menyebabkan insiden tersebut. Semoga hasil penyelidikan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas dan membantu mencegah kecelakaan serupa di masa depan dan menjadi pelajaran untuk penerbangan lainnya agar lebih berhati - hati dalam menjalankan pesawat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H