Menjadi Pemimpin Rakyat atau Pemimpin besar Bangsa sekalipun bukanlah hal yang mudah. Diperlukan keniscayaan, kegigihan, tekad kuat serta Garis Tangan Tuhan YME. Tapi itulah mimpi besar dari seorang pemuda bodoh yang sangat cinta dengan bangsa dan tanah airnya.
Namun, Pemuda yang masih bodoh dan dangkal akan ilmu itu tidak patah semangat. Baginya, dunia masih teramat luas untuk dijelajahi. Pemuda itu percaya bila sesuatu dikerjakan dengan kesungguhan hati dan ketulusan dalam mengabdi kepada rakyat, niscaya Allah SWT akan tunjukkan jalan dari arah yang tidak disangka. Man Kanna lillah Fakanallahu (Barangsiapa yang bekerja untuk rakyat, sejatinya ia bekerja untuk Allah)
Berawal dari masa kecilnya sewaktu SD, beruntungnya pemuda itu lahir dengan berkecukupan. Meski berkecukupan, Orang tuanya selalu mendidik pemuda itu untuk tetap merakyat. Dalam arti, setiap paginya pemuda itu harus memakai becak ke sekolahnya. Kebetulan jarak antara rumah dengan sekolahnya tidak begitu jauh.
Memasuki masa SMP, pemuda itu mulai memakai ojek pangkalan sebagai transportasi utamanya. Di masa SMPnya, Pemuda itu mulai liar. Liar dalam beride, beraksi dan berorasi. Beruntungnya, pemuda itu memiliki sahabat-sahabat dari SMP yang masih menemaninya hingga saat ini untuk berjuang dalam melawan congkaknya dunia. Namun, kini sahabat-sahabat pemuda tersebut telah berkiprah di bidang masing-masing. Ada yang berkiprah di Entertainment, Edukasi tentang mindset, IT dan UMKM.
SMA adalah masa yang paling indah bagi remaja yang baru memasuki masa transisi menuju orang dewasa. Sewaktu SMA, Pemuda itu semakin liar dalam beride maupun bertindak. Bahkan ketika pemuda itu sudah mendapat kepercayaan untuk membawa mobil pribadi orang tua, pemuda itu mengecewakan orang tuanya. Dengan menabrak salah satu pembatas jalan busway di daerah Jakarta yang berakhir dengan kecelakaan tunggal.
Semasa kelas 12nya, pemuda itu selalu duduk bersama 4 sahabatnya karena kebetulan mereka satu kelas. Salah satu sahabatnya sudah sukses menjadi anggota dewan di kota Tangerang dengan suara terbanyak di dapilnya. Uniknya, pemuda itu juga memiliki seorang sahabat yang kental sekali akan jiwa petarung. Kini sahabat tersebut sudah sukses menjadi pilot di salah satu maskapai penerbangan. Dua sahabatnya lagi sedang sama-sama berjuang di salah satu organisasi yang sedang dirintis bersamanya.
Menariknya lagi, pemuda itu dipertemukan dengan 2 sahabat yang mengajarkan tentang nilai kehidupan dan cinta. Kebetulan mereka berdua memang saling bersahabat. Kini mereka berdua sedang merintis bisnis di kota pempek.
Pemuda itu nyaris kehilangan nyawanya hingga 3 kali. Kalau bukan karena kebesaran dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda itu sudah berakhir di liang lahat kubur dengan dosa memenuhi langit dan bumi. Setelah berbagai tragedi, akhirnya pemuda itu memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Meski sebagai pendosa, setidaknya pemuda tersebut mendapat ketenangan jiwa setiap ia menghadap kepada Tuhan YME.
Semasa kuliahnya di salah satu kampus favorit swasta Bandung, lagi-lagi pemuda itu berulah kembali. Dengan ide gilanya ingin membangun startup inovatif, pemuda itu rela meninggalkan perkuliahannya. Padahal, Orang tua dan kakaknya telah banting tulang untuk membiayai perkuliahannya. Di samping itu, pemuda itu juga dipertemukan dengan 3 sahabat barunya di kampus tersebut. Bersama mereka, pemuda itu membangun Startup Inovatifnya.
Seiring berjalannya waktu, startup tersebut berakhir dengan gulung tikar. Melihat kenyataan yang begitu pahit, pemuda itu memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang berada di kota Tangsel. Beruntungnya, pemuda itu diajak oleh salah satu sahabat SMAnya untuk mulai berkiprah di bidang politik. Kebetulan, yang mengajak pemuda itu adalah mentor politiknya.
Berbagai dinamika pemuda itu lewati. Sampai pada titik dimana pemuda itu nyaris kehilangan nyawa untuk yang ketiga kalinya. Ketika itu, pemuda tersebut hanya ingin bertemu dengan Ayahnya, Presiden terpilih dan Pasangan hidupnya yang ia cari selama ini.
Setelah sudah full recovery, pemuda itu kembali melanjutkan studinya di salah satu kampus swasta di kota Tangsel. Pemuda tersebut sadar ia masih memiliki beban moral untuk menuntaskan pendidikan Sarjananya. Dengan mengambil jurusan yang berbeda, Alhamdulillah pemuda itu bertahan hingga saat ini di kampus tersebut. Baginya, IP se-alakadarnya tidak masalah. Karena ketika ia bertemu rakyat bukan IP yang ditanyakan rakyat. Melainkan ; kebutuhan pokok dan program kerja untuk pembaharuan dalam memajukan kota.
Bahkan hingga saat ini pemuda itu masih memakai OJOL ataupun Taksi Online. Lantaran belum mendapat kepercayaan untuk membawa mobil pribadi Orang Tuanya. Malahan, Adiknya yang masih SMA lebih dipercaya untuk membawa mobil pribadi orang tuanya. Pemuda itu sadar, sudah 3 kali mengecewakan Orang tuanya. Semenjak itu, ia bertekad untuk membeli mobil pribadinya sendiri.
Pesan moral dari artikel ini, sesukses apapun seorang anak ketika ia mengecewakan Orang tuanya bahkan sampai membuat Orang tuanya merintikkan air mata, maka PASTI akan tersesat pada akhirnya. Bagi kalian generasi muda, hormatilah orang tua. Belajar dari pengalaman pemuda bodoh itu.
Ridho Allah tergantung Ridhonya kedua orang tuamu, murkanya Allah tergantung murkanya kedua orang tuamu. "Ketika kita keluar rumah lalu orang tua berkata, 'Nak saya ridho kepadamu semoga apa yang kau cari kau dapat, kau kembali dalam selamat.' InshaAllah berkah hidup." -- Ustad Das'ad Latif
Jangan patah semangat, lakukan yang terbaik dan tebarlah benih-benih kebaikan untuk bangsa tercinta kita. Fokus terhadap bidang yang kita minati masing-masing. Dan doakan pemuda itu bisa mendapat amanah dari rakyat, sehingga cita-cita Indonesia menjadi negara keempat dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045 terwujud.
#SalamInspirasi #PanjangUmurPerjuangan #HidupPemuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H