Masa remaja sering memunculkan konflik antara remaja dengan orang tua. Ini bisa terjadi disebabkan oleh beberapa perubahan yang ada dalam diri si remaja dan orang tua yang belum siap dengan perubahan tersebut.Â
Ketika masih anak-anak, mereka mudah diajak komunikasi dan selalu menginginkan kedekatan dengan orang tua. Namun setelah remaja, mulai cuek dan punya dunianya sendiri, lebih asik dengan pertemanannya dan ditambah dengan berbagai kebingungan dan persoalan remaja yang dihadapi.Â
Untuk itu setiap orang tua dan remaja perlu sama-sama memahami masa ini dan belajar menghadapinya dengan optimal mengerjakan peran masing-masing.
Mari kita lihat peran orang tua terlebih dahulu antara lain:
1. Mempersiapkan sejak awal.
Alangkah lebih baik jika sejak kecil hal ini sudah dipersiapkan yaitu dengan membangun hubungan yang dekat dengan si remaja dari sejak masa anak-anaknya sehingga mendekati pada saat sudah remaja tidak terlalu sulit.
2. Diskusi & kesepakatan.
Kepada remaja kita tidak bisa lagi memberi perintah maupun konsekuensi dari satu pihak. Melainkan, penting sekali untuk melibatkan remaja dengan berdialog, mendiskusikan hal-hal penting untuk mendapat kesepakatan bersama.Â
Karena remaja sudah memiliki proses berpikir yang makin berkembang dan kritis dan tidak lagi ingin diperlakukan seperti anak kecil. Contoh: mari diskusikan mengapa tidak boleh pulang larut malam, jam berapa batas pulang, apa alasan yang bisa dan apa konsekuensi jika dilanggar.
3. Kebebasan & batasan.
Dalam memberi aturan ataupun arahan, orang tua yang terlalu kaku & memaksa bisa membuat remaja malas dan memberontak. Tapi jika terlalu memberi kebebasan juga bisa berakibat fatal karena remaja masih belum sepenuhnya matang dalam memilih hal yang baik buat hidupnya.Â
Karena itu orang tua perlu bijak dalam memberi ruang yang longgar atau bebas untuk hal-hal tertentu namun memberi batasan-batasan yang jelas.Â
Contoh: boleh jalan sama teman tapi, tidak boleh ikut hal buruk seperti merokok dan cabut sekolah. Dalam hal ini kelembutan dan ketegasan harus bisa jalan seimbang dan saling melengkapi.
4. Keterbukaan & pengertian.
Remaja sudah berkembang secara kognitif (kemampuan berpikir) maupun secara emosional. Jadi, orang tua perlu mengajak mereka berbicara dengan terbuka jika ada hal-hal yang dirasa perlu disampaikan. Sehingga si remaja bisa belajar berempati & memikirkan solusi & menyumbangkan ide jika diperlukan.Â
Melibatkan atau meminta bantuan mereka akan membuatnya semakin merasa menemukan keberartiaan dirinya juga membuatnya bisa belajar jadi dewasa.Â
Penting juga untuk belajar mengerti remaja karena mereka sendiri masih bingung dengan dirinya dan jika kita hanya menuntut terus-menerus, ini akan sangat melelahkan bagi remaja tersebut. Salah satu kebutuhan remaja adalah ingin dimengerti. Jadilah suport system bagi mereka dalam melewati masa remajanya.
5. Bimbingan & doa.
Masa remaja dikenal sebagai masa seseorang mengalami kebingungan karenanya perlu untuk orang tua mendampingi, memberi bimbingan tentang bagaimana mereka memandang dan memperlakukan dirinya, bersikap pada sekitarnya, mempersiapkan masa depannya, mengenali kebenaran yang perlu diyakini, dan lain-lain. Selain itu, perlu terus menerus didoakan supaya Tuhan turut bekerja menjaga, memimpin dan membentuk mereka.
Bukan hanya orang tua tapi kamu sebagai remaja juga perlu melakukan hal-hal seperti di bawah ini antara lain:
1. Pahami & sayangi.
Menjadi orang tua itu tidak mudah, apalagi saat anak beranjak remaja, bisa jadi orang tua kamu juga bingung dan kwatir. Itu bukan karena mereka jahat tapi karena peduli sama kamu.Â
Cobalah pahami kesulitan mereka, bantu mereka untuk bisa jadi orang tua yang lebih baik dan sayangilah mereka. Sehingga itu menjadi semangat bagi mereka saat mengalami kegagalan, kesulitan dan untuk terus belajar dan berusaha yang terbaik. Mereka juga menyanyangi kamu dan kamu bisa menyayangi mereka.
2. Keterbukaan.
Belajarlah untuk terbuka mengutarakan pemikiran, perasaan ataupun pandangan kamu. Jangan hanya minta mereka mengerti kamu tapi kamu sendiri tertutup. Orang tua itu bukan Tuhan yang mahatahu jadi kamu perlu beritahu supaya mereka bisa paham.
3. Komunikasi & kasih waktu.
Remaja sering sekali sibuk dengan dunia sendiri padahal orang tua sangat membutuhkan kehadiran kamu. Belajar mematikan ego, jangan hanya pegang gadget, ngumpul sama teman-teman ataupun mengurung diri dikamar melainkan sediakan juga waktu untuk ngobrol dengan orang tua maupun membantu mereka. Itu akan sangat menguatkan buat orang tua dan membuatnya bisa lebih leluasa dalam membimbing kamu dengan baik.
4. Maafkan & doakan.
Tidak bisa dipungkiri orang tua bukanlah manusia super ataupun sempurna. Menjadi orang tua juga adalah sebuah proses belajar terus menerus. Jadi kadang ada kegagalan dan mungkin mereka juga bisa menyakiti atau mengecewakan kamu.Â
Namun, teruslah belajar memaafkan mereka dan bawa mereka dalam setiap doa-doa mu. Jadilah suport system buat mereka dalam menjalankan perannya.
Bagaimanapun konflik orang tua-remaja ini bisa terjadi. Namun, jangan kwatir dan jangan lari dari konflik tapi belajarlah untuk menghadapi dan menyelesaikan. Karena konflik ini justru berguna untuk membentuk remaja makin matang dan punya bekal menghadapi masa dewasa nanti. Dari konflik orang tua bisa belajar, dari konflik remaja juga bisa belajar. Jadi anggap ini sebagai proses belajar bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H