Mohon tunggu...
Veronica Lusiana
Veronica Lusiana Mohon Tunggu... Guru - Stay Alive!

Introvert, Menyukai musik dan Mendaki gunung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Habis Dengannya

29 Juni 2024   19:31 Diperbarui: 30 Juni 2024   07:30 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku bertanya lagi "kamu gimana nduk?", aku tersenyum dan bilang "gapapa bu, aku gapapa". Hatiku hancur saat itu, hancur sekali, namun aku takut kesedihanku akan lebih menghancurkan hati ibu. Aku berusaha tegar, tanpa tangisan dan bersikap seperti biasa saja. 

Aku melanjutkan hidupku, tanpa pernah membahas hal itu dengan siapapun baik dengan ibuku sendiri. 

Menghabiskan waktu berapa minggu dirumah aku kembali ke Solo karena sibuk menyiapkan yudisium sarjanaku. Malam itu ibuku menelpon, "nduk si Dani bercerai, ternyata istrinya hamil anak orang lain. Keluarga Dani datang kerumah nduk, mereka mau melamarmu lagi, namun ibu sudah menolaknya. Ibu tidak membayangkan bagaimana pandangan orang lain jika kamu menikah dengannya". 

Aku terdiam dan hanya mengiyakan apa kata ibuku, sedari kecil aku sangat menghargai apa keputusan ibu, karena aku tahu semuanya demi kebaikanku.

Waktu berlalu begitu cepatnya, setelah wisuda aku memutuskan untuk merantau ke Jakarta, dalam waktu singkat aku diterima kerja di Sekolah Swasta di daerah Jakarta Pusat sebagai seorang guru. 

Ada banyak pria mendekatiku, aku sempat menjalin hubungan dengan pria baik, namun perasaan itu tidak ada lagi, aku tidak merasakan lagi perasaan yang kurasakan seperti dengan Dani. Akhirnya aku memutuskan untuk sendiri dulu. 

Terkadang ibu menelpon sekadar bercerita "Dani tetap setia nduk, ia memutuskan tidak menikah lagi". 

Namun aku tetap tidak bisa jika harus kembali dengan Dani, walapun saat itu istrinya bukan hamil anaknya, tapi tetap saja Dani yang aku anggap santun itu pernah berhubungan dengan perempuan itu, jika tidak ia tidak mungkin mengambil keputusan untuk menikahinya. Kepalaku pusing, pikiranku kian terasa berat jika teringat. 

Jika semesta memutuskan hubungan, aku percaya maka hubungan itu selesai. Walapun aku sering pulang kampung, padahal rumah kami berdekatan namun aku tak pernah bertemu atau melihatnya, di kesempatan apapun kami tidak pernah berjumpa lagi, ia bagai hilang ditelan bumi, hanya sesekali aku mendengar beritanya dari ibuku atau saudaraku.

40 tahun berlalu keputusanku tetap aku pegang teguh, usiaku sudah tidak muda lagi, aku masih bekerja sebagai seorang guru dan menunggu masa pensiunku yang kian dekat, aku tidak merasa kesepian jika berada disekolah, rekan-rekan kerja, kepala sekolah, selalu menemani bahkan beberapa siswa sering mendatangiku untuk curhat atau sekedar bercanda gurau, ketika pulang kerumah pun aku menyibukan diriku dengan mengurus tanaman hiasku, aku suka menghabiskan waktuku berjam-jam dengan tanaman yang aku miliki, namun sesekali pula aku merasa begitu kesepian, tidak ada lagi orang yang menemaniku di telpon karena ibu sudah lama tiada, terkadang aku menyesali mengapa waktu itu aku tidak menerimanya, si Dani cinta pertamaku, yang ku dengar dari adikku Ayu telah meninggal setahun yang lalu, ia memilih tetap sendiri hingga akhir hayatnya. 

Dalam kesendirianku diusia senja ini aku berfikir seandainya aku menikah mungkin akan ada orang yang membantu memijat punggungku ketika pegal dan masuk angin, ada yang menemaniku saat makan, tidur, ada anak-anak yang aku marahi saat membantahku dan berbuat ulah, namun aku sendiri saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun