Mohon tunggu...
Veronica Lusiana
Veronica Lusiana Mohon Tunggu... Guru - Stay Alive!

Introvert, Menyukai musik dan Mendaki gunung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resiko Menjadi Ibu

1 Juni 2024   18:03 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:52 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah perempuan paling berbahagia, ia begitu mencintaiku secara ugal-ugalan. Seluruh temanku mengaku iri padaku, "sayang mau makan apa?", "sayang mau kemana? mau nonton? yuk kita nonton.", "sayang mau ke pantai? ayuk aku temani", padahal jarak kota Jogja jika mau kepantai lumayan jauh, entah yang Pantai didaerah Bantul, atau daerah Pantai di Wonosari. 

Aku selalu bersikap manja, "Tayang.... aku lapar, makan yuk?" maka tidak sampai 5 menit ia sudah berada didepan kostku. Aku berfikir beginilah sedang dimabuk kepayang, terkadang tiba-tiba ia datang membawa bunga mawar, ada saja hal yang membuatku bahagia. Aku merasa dirayakan, aku merasa diratukan. 

Beberapa tahun berlalu, kami masih tetap bersama, kami melakukan hobby bersama yaitu mendaki gunung hingga kami punya banyak teman baru dari hobby kami ini. Aku sudah tidak berfikir lagi mencari yang lain, begitupun ia. Kami sama-sama selesai, cinta kami habis. Cintaku habis denganya, pun aku berfikir ia merasakan hal yang sama, getaran yang sama dengan yang ku rasakan. Kami menyelesaikan kuliah dan memutuskan menikah, dan ia memilih mengikuti ku pulang ke kampung halamanku.

Kami dikaruniai 2 anak, si Sulung adalah gadis cantik yang kata orang-orang mirip denganku, dan yang si bungsu baru berusia 3 bulan dan mirip sekali dengan ia kekasihku sekaligus suamiku. Sibuknya aku sebagai seorang ibu dan bekerja, membuatku melupakan diriku. Berat badanku naik drastis, aku tidak punya waktu berdandan, apalagi membeli baju baru. Aku suka memakai baju-baju lama jaman kuliah, jika belum sobek maka aku tetap akan memakainya. Aku begitu percaya diri kalau suamiku akan tetap mencintaiku seperti dulu awal kami bertemu.

Waktu sudah menunjukan waktu jam 22.00 malam, namun ia suamiku belum juga kunjung sampai dirumah, aku mulai khawatir, aku menghubunginya melalui pesan whatsapp, "Hai Pa, kok belum pulang? kamu dimana?", tidak lama ia pun membalas "masih dibengkel ma, aku membantu temanku motornya rusak", aku pun membalas "oke pa, hati-hati pulangnya", "iya" katanya. Aku membatin, mulia sekali suamiku, ia begitu berbela rasa sekali dengan temannya. Malam berlalu tanpa firasat apapun, yang aku tahu ia pulang sangat larut lalu langsung tertidur, mungkin ia kelelahan pikirku. 

"Ma, aku mau ikut Bulu tangkis yah? dengan teman-teman kantorku", aku hanya terdiam, kami sedang banyak keperluan saat itu, yang aku tahu harga raket dan semua kebutuhan bulu tangkis lumayan mahal karna adikku juga memiliki hobby yang sama. Ia mulai sering pulang malam karena ikut bermain bulu tangkis, terkadang pun hujan ia tetap berangkat dan pulang dalam keadaan basah kuyup. 

Aku tetap mengurusnya ketika ia demam. "Ma aku bulu tangkis ya.. ", "tapikan hujan di luar" kataku, "iya gapapa, aku sudah janji dengan teman-temanku". Beberapa minggu berlalu, aku menghabiskan malam dengan kedua anakku, aku bersyukur dengan hadirnya mereka, sehingga aku tidak merasa kesepian di rumah. 

Anak pertamaku menggunakan hp suamiku malam itu, ketika ia tertidur aku pun mengambil hpnya, aku membuka instagram, karena jaman itu belum ada aplikasi oren, sehingga online shop hanya melalui instagram. Hpku sedang aku charge, tanpa berfikir apapun  aku membuka pencarian, ketika ingin mengetik aku melihat pencariannya, nama seorang perempuan paling teratas. 

Aku iseng membuka profilenya, dan aku kaget melihat fotonya menggunakan seragam yang sama dengan seragam tempat suamiku bekerja. Aku pun membuka DM Instagramnya, lalu menemukan chat mereka "Gimana, mami kamu ga marah kan kamu membawa motorku? perempuan itupun membalas "sempet nanya sih, terus aku bilang masih dibengkel". 

Seketika hatiku bagai disambar petir, suamiku beberapa minggu ini membawa motor temannya yang katanya rusak dan minta tolong diperbaiki. Aku lemes selemesnya, badanku rasanya mencair bagai tanpa tulang. Aku tak punya energi untuk bertanya hal itu ke suamiku. Aku lanjut membaca chat mereka berdua, ternyata malam itu suamiku kebengkel bersama perempuan itu, belum lagi chat minta jemput bermain bulu tangkis, hingga pergi keluar bersama. 

Akupun membuka galeri foto, dan menemukan banyak sekali foto perempuan tersebut secara candid, ya secara candid, begitu ia mengagumi perempuan itu, terkadang memfotonya secara diam-diam. Tak terasa air mataku jatuh, tanganku bergetar hebat. aku menangis sejadinya malam itu. 

Aku bertanya pada suamiku, siapa perempuan itu? "itu hanya rekan kerja!" bentaknya padaku. Ia begitu marah padaku, ia mulai menghindar, ia tak perduli jika aku menangis, ia menjadi semakin menjadi pulang larut malam, padahal aku begitu kesepiannya dirumah dengan anak-anak. 

Anakku yang kedua sedang lucu-lucunya usia 3 bulan ia begitu menggemaskan namun perasaan bersyukurku hilang lenyap karena terluka akibat ulah suamiku. Badanku semakin kurus, dari 60kg hingga 45kg, aku tertawa dalam tangisku, aku tak perlu bersusah payah diet, dengan banyak pikiran saja badanku kurus tanpa perlu berusaha. 

Aku mulai merasa duniaku berakhir, aku sering menangis, aku merasa aku kalah, aku merasa hidupku tak berguna dan tak berarti lagi. Aku begitu dilukai secara brutal, aku disakiti begitu dalam. Aku mulai mempertanyakan kepada Tuhan apa yang aku lakukan hingga diperlakukan seperti ini. 

Perlahan aku mulai mengikhlaskan semuanya, dan memulai memperbaiki diri, aku membeli baju yang aku sukai, membeli makeup, skincare yang selama ini aku inginkan namun uangnya aku hemat demi membeli kebutuhan anak-anak dan rumah. Suamiku mulai bisa diajak bicara, ia mulai memujiku lagi, dan bilang aku kembali cantik lagi. 

Aku tersenyum walaupun dalam hatiku begitu sakit. Ia mulai terbuka dan bercerita, Ia begitu tertarik dengan perempuan itu, perempuan itu sama seperti badanku waktu kuliah dulu. Aku mulai berfikir, ternyata ini yang diinginkannya, ia ingin aku tetap mengurus diriku seperti dulu jaman kami kuliah. Aku hanya menyimak dan terdiam mendengar ceritanya, betapa kagetnya aku ternyata begini watak aslinya.

Aku mengira cintanya habis untukku, dan akulah tempatnya pulang. Ternyata itu hanya AKU, dan dalam pikiranku. Aku merasa begitu bodoh sekali, kenapa aku sebegitu bucinnya, hingga mengabaikan redflag selama kami berpacaran dulu. Aku mengira ia begitu bucin dan begitu mencintaiku ugal-ugalan, ternyata itu semua hanya perasaanku dan hanya dalam pikiranku. 

Apakah selama berpacaran dulu semua yang ia lakukan hanyalah love boombing? ah, aku tak tahu lagi. Sekarang aku hanya melanjutkan dan bertahan hidup demi kedua buah hatiku, aku berjuang demi mereka. Salahku mencari seorang ayah yang salah untuk mereka, aku berusaha sebaik mungkin memuji suamiku didepan mereka, aku berusaha baik-baik saja  dengan suamiku terkadang kami tampil mesra didepan anak-anakku. Aku tak ingin mereka kehilangan kasih seorang ayah, tak apa aku menjalani hidup begini berusaha tampil bahwa aku baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun