Mohon tunggu...
Veronica Lusiana
Veronica Lusiana Mohon Tunggu... Guru - Stay Alive!

Introvert, Menyukai musik dan Mendaki gunung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resiko Menjadi Ibu

1 Juni 2024   18:03 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:52 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku bertanya pada suamiku, siapa perempuan itu? "itu hanya rekan kerja!" bentaknya padaku. Ia begitu marah padaku, ia mulai menghindar, ia tak perduli jika aku menangis, ia menjadi semakin menjadi pulang larut malam, padahal aku begitu kesepiannya dirumah dengan anak-anak. 

Anakku yang kedua sedang lucu-lucunya usia 3 bulan ia begitu menggemaskan namun perasaan bersyukurku hilang lenyap karena terluka akibat ulah suamiku. Badanku semakin kurus, dari 60kg hingga 45kg, aku tertawa dalam tangisku, aku tak perlu bersusah payah diet, dengan banyak pikiran saja badanku kurus tanpa perlu berusaha. 

Aku mulai merasa duniaku berakhir, aku sering menangis, aku merasa aku kalah, aku merasa hidupku tak berguna dan tak berarti lagi. Aku begitu dilukai secara brutal, aku disakiti begitu dalam. Aku mulai mempertanyakan kepada Tuhan apa yang aku lakukan hingga diperlakukan seperti ini. 

Perlahan aku mulai mengikhlaskan semuanya, dan memulai memperbaiki diri, aku membeli baju yang aku sukai, membeli makeup, skincare yang selama ini aku inginkan namun uangnya aku hemat demi membeli kebutuhan anak-anak dan rumah. Suamiku mulai bisa diajak bicara, ia mulai memujiku lagi, dan bilang aku kembali cantik lagi. 

Aku tersenyum walaupun dalam hatiku begitu sakit. Ia mulai terbuka dan bercerita, Ia begitu tertarik dengan perempuan itu, perempuan itu sama seperti badanku waktu kuliah dulu. Aku mulai berfikir, ternyata ini yang diinginkannya, ia ingin aku tetap mengurus diriku seperti dulu jaman kami kuliah. Aku hanya menyimak dan terdiam mendengar ceritanya, betapa kagetnya aku ternyata begini watak aslinya.

Aku mengira cintanya habis untukku, dan akulah tempatnya pulang. Ternyata itu hanya AKU, dan dalam pikiranku. Aku merasa begitu bodoh sekali, kenapa aku sebegitu bucinnya, hingga mengabaikan redflag selama kami berpacaran dulu. Aku mengira ia begitu bucin dan begitu mencintaiku ugal-ugalan, ternyata itu semua hanya perasaanku dan hanya dalam pikiranku. 

Apakah selama berpacaran dulu semua yang ia lakukan hanyalah love boombing? ah, aku tak tahu lagi. Sekarang aku hanya melanjutkan dan bertahan hidup demi kedua buah hatiku, aku berjuang demi mereka. Salahku mencari seorang ayah yang salah untuk mereka, aku berusaha sebaik mungkin memuji suamiku didepan mereka, aku berusaha baik-baik saja  dengan suamiku terkadang kami tampil mesra didepan anak-anakku. Aku tak ingin mereka kehilangan kasih seorang ayah, tak apa aku menjalani hidup begini berusaha tampil bahwa aku baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun