David Kolb adalah seorang filsuf yang beraliran Humanistik, lahir di Amerika tahun 1939. Dimana aliran ini lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Pada awal tahun 1980-an Kolb berhasil mengembangkan teori Experiential Learning Theory (ELT) yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar.
Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pegalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Adapun yang menjadi tujuan Experiential Learning yaitu mengajak siswa untuk memandang secara kritis kegiatan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan kemudian menarik kesimpulan bersama. Dengan kata lain, teori ini lebih menekankan pada pengalaman konkret atau nyata.
Experiential learning Theory ini memiliki siklus yang terdiri dari empat elemen, yaitu :
a. Concrete experience (emotions)
Pada siklus pertama ini siswa belajar melalui perasaan (feeling) dengan menekankan pada segi-segi pengalaman konkret, selain itu juga lebih mengutamakan relasi pada sesama dan sensitif terhadap perasaan orang lain.
b. Reflective observation (watching)
Siklus yang kedua ini menjelaskan bahwa siswa belajar melalui pengamatan (watching) yang penekanannya pada mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai sudut pandang, dan selalu menyimak dari hal-hal yang diamati.
c. Abstract conceptualization (thinking)
Pada siklus ketiga ini, siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih fokus pada analisis dari ide-ide, perencanaan yang sitematis dan pemahaman intelektual dari situasi yang dihadapi.
d. Active experimentation (doing)Â
Pada siklus keempat ini, siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan untuk melaksanakan tugas, dan berani mengambil resiko serta memberikan pengaruh terhadap orang lain melalui perbuatannya.
Keempat siklus tersebut harus tercapai semua dan harus urut karena seorang pembelajar harus memenuhi circle sebelum memenuhi pembelajaran yang baru. Selain siklus, satu kekhasan dari Kolb yaitu mengembangkan learning style, yang terdiri dari :
a. Gaya Diverger
Gaya belajar ini merupakan kombinasi antara perasaan dan pengalaman (feeling and watching). Pendekatan dalam gaya belajar ini adalah mengamati, dan tipe gaya belajar Diverger yaitu melihat situasi konkret dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Adapun karakteristik dari gaya belajar ini antara lain; menyukai tugas yang menuntunnya untuk menghasilkan ide-ide, menyukai isu-isu budaya, dan mengumpulkan berbagai informasi dari pengamatan yang dilakukan.
b. Gaya Assimilator
Merupakan gaya belajar dari kombinasi antara berpikir dan mengamati (thinking and watching). Tipe dari gaya belajar ini yaitu memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumnya ke dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Karakteristik dari gaya belajar Assimilator adalah karena lebih kepada pengamatan dan berpikir sehingga kurang perhatian kepada orang lain dan menyukai ide serta konsep yang abstrak.
c. Gaya Converger
Merupakan gaya belajar kombinasi antara berpikir dan berbuat (thinking and doing). Tipe Converger ini adalah unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Karakteristik dari teori ini adalah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan, selain itu juga lebih menyukai tugas-tugas teknis dan aplikatif dari pada masalah sosial atau hubungan antar pribadi. Â
d. Gaya Accommodator
Merupakan gaya belajar dengan kombinasi antara perasaan dan tindakan (feeling and doing). Tipe gaya belajar ini, memiliki kemampuan belajar yang baik yang berasal dari pengalaman nyata yang dilakukan sendiri. Karakteristik gaya belajar Accommodator ini adalah lebih menyukai perbuatan rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang, cenderung bertindak berdasarkan analisis logis, dan dalam memecahkan suatu masalah biasanya lebih mempertimbangkan faktor-faktor dari manusia dibanding analisis teknis.
Selain gaya belajar, terdapat enam rancangan Experiential Learning, antara lain:
- Pembelajaran paling baik dimaknai sebagai sebuah proses, bukan sebuah hasil
- Semua pembelajaran adalah pembelajaran yang berulang
- Pembelajaran membutuhkan resolusi konflik mode yang berlawanan secara dialektis dari adaptasi dengan dunia
- Pembelajaran adalah proses holistik dari adaptasi dunia dan tidak hanya hasil dari kognisi
- Pembelajaran menghasilkan transaksi yang sinergis antara individu dan lingkungan
- Pembelajaran adalah proses mengkreasi pengetahuan
Experiential Learning ini memiliki keunggulan juga kelemahan. Keunggulannya antara lain; meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan, meningkatkan semangat kerja sama, meningkatkan komitmen dan tanggung jawab, dan memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk. Selain keunggulan, yang menjadi kelemahan dari teori ini yaitu model ini terlalu luas cakupannya, terkadang kurang percaya diri untuk menceritakan pengalamannya, selain itu juga membutuhkan banyak peralatan dan persiapan, serta membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang.
Dalam penerapannya di dunia pendidikan, model Experiential learning Theory ini dapat diterapkan di berbagai model pembelajaran baik tatap muka atau reguler maupun secara daring atau online dan cocok juga dilakukan dengan model pembelajaran bekerja dalam kelompok (team work).Â
Referensi :
Kurt, D. S. (2020, Desember 28). Kolb's Experiential Learning Theory & Learning Styles. Retrieved from educationaltechnology.net: https://educationaltechnology.net/kolbs-experiential-learning-theory-learning-styles/ (diakses Senin ,29 November 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H