Mohon tunggu...
Veronika Nainggolan
Veronika Nainggolan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Baru selesai kuliah, sdg mengadu nasib di ibukota. \r\n\r\nMotto : "MENGAMATI lalu MENULIS" \r\n \r\nuntuk KEDAMAIAN NEGERI......\r\n \r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI, Urus Saja Galanita!!!

13 November 2012   08:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:29 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_223004" align="aligncenter" width="488" caption="Timnas Galanita Indonesia pada kejuaraan Internasional Women"s Football Memorial Cup di Hongkong pada April 2012. (Foto : goal.com)"][/caption]

Kisruh di tubuh organisasi sepakbola Indonesia (PSSI) seakan tiada henti. Entah ada kepentingan apa yang melingkupinya, yang jelas situasi ini ikut mempengaruhi ambruknya prestasi Timnas di berbagai ajang.

Perseteruan di kalangan petinggi PSSI itu membuat kita lupa bahwa sepak bola bukan hanya monopoli kaum pria. Kendati harus diakui bahwa tidak banyak perempuan yang menyukai olahraga sepakbola, namun adanya Galanita (Liga Sepakbola Wanita) yang sudah berusia puluhan tahun membuktikan bahwa kehadiran kaum perempuan mengolah kulit bundar di lapangan hijau tak kalah menariknya dari kaum pria.

Perlu diketahui, bahwa rangking sepakbola Indonesia Putradi dunia saat ini adalah nomor 142, sedangkan sepakbola Putri nomor 68.

Di level Asia justru Timnas Putri Indonesia mencatat prestasi lebih baik ketimbang Timnas putra. Pada Piala Asia Wanita 1977di Cina Taipe, timnas putri berhasil menjadi juara 4. Pada ajang ini timnas putri bahkan berhasil mengalahkan finalis piala dunia wanita 2011, Jepang dengan skor 1 – 0. Pada Piala Piala Asia 1986 Hongkong, Indonesia kembali merebut juga 4, dengan mengalahkan tuan rumah Hongkong 1 – 0 dan menggasak Nepal 6 gol tanpa balas.

Daripada PSSI kehabisan energi dan (tentu juga) dana untuk menata organisasi, mendamaikan PSSI Djohar Arifin dan PSSI versi KPSI, lebik baik sisihkan sebagian dana untuk mengangkat mantan-mantan pemain Timnas Galanita untuk mengurusi kesebelasan putri Indonesia untuk terus berkiprah di ajang internasional. Menurut data tahun 2009 ada 94 klub diseluruh tanah air. Pelatih Timnas Galanita tidak akan kesulitan menyeleksi pemain untuk mewakili kesebelasan putri Indonesia mengikuti berbagai turnamen di kawasan Asia maupun dunia.

Jauh lebih bermanfaat (sekaligus bermartabat?) di saat prestasi Timnas sepakbola (pria) sedang loyo, bisa didongkrak oleh prestasi Galanita. Ini sekaligus membenarkan hukum alam, bahwa urusan dongkar-mendokrak adalah urusannya kaum wanita.

Memang takbanyak perempuan yang menyukai olahraga sepakbola. Tetapi kompetisi sepakbola putri dalam negeri diselenggarakan setiap tahun dan diikuti klub – klub sepakbola putri dari semua daerah. Tahun lalu, Tim Galanita Papua keluar sebagai juara.

Dengan prestasi itu, PSSI telah memberikan kepercayaan kepada tim sepak bola Galanita Papua mewakili Indonesia pada Sea Games Myanmar 2013.

Penunjukan Papua mewakili Indonesia, menurut Stien Mebri (Ketua Bidang Galanita PSSI Papua) karena secara rangking Galanita di PSSI,  Papua masih nomor satu di Indonesia, dan kompetisi Galanita di Papua berjalan eksis setiap tahun, kecuali tahun lalu karena adanya perpecahan di tubuh PSSI menjadi PSSI Djohar Arifin dan PSSI versi KPSI, sehingga kompetisi Galanita Papua tidak berjalan, tetapi kompetisi di tingkat kabupaten tetap berjalan setiap tahun.

Hampir semua kabupaten di Papua memiliki Tim Galanita. Seperti Galanita Persipura di Jayapura, Galanita Sorong Raya, Galanita Bintang Laut dan Kasuari Putri di Manokwari, dan Galanita Tolikara.

Ada tim yang tak tanggung-tanggung mengontrak pelatih asing, seperti Galanita Persipura telah mengontrak Rainer Scheunemann dan Heidi Scheunemann yang sudah memiliki UEFA B- License.

Galanita Papua ternyata memiliki banyak manfaat. Selain mengurusi prestasi sepakbola wanita, organisasi ini juga melakukan pembinaan pengelolaan usaha kecil serta pembinaan rohani bagi para atlitnya. Agar suatu saat ketika ‘pensiun’ dari dunia sepakbola, mereka diharapkan bisa mengelola usaha mandiri dan memiliki mental dan moral yang baik. Manajemen Galanita Persipura bahkan lebih unik lagi. Dalam perekrutan pemain tidak hanya prestasi yang menjadi pertimbangan utama, tetapi juga memperhatikan keterwakilan suku-suku yang ada di Tanah Papua. Mereka juga diajarkan mata pelajaran Matematika dengan memakai pola Prof. Yohanes Surya, les bahasa Inggris, dan pengelolaan usaha kecil.

Kaum pria tak perlu malu untuk belajar dari prestasi sepakbola kaum wanita, dan para pengurus sepakbola baik di klub dan lebih-lebih para pejabat PSSI semoga bisa mencontohi manajemen Galanita Papua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun