Mohon tunggu...
Verlene AlvinaWijaya
Verlene AlvinaWijaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Dance modern

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mie Instan atau Tiktok?

13 November 2024   08:53 Diperbarui: 13 November 2024   10:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mie instan atau Tiktok? Sama-sama serba cepat dan praktis! Tiktok sekali scroll, informasi muncul---tapi apakah akurat? Apakah Tiktok memberi dampak pada penggunanya? Nah, coba pikirkan bagaimana Tiktok dapat mempengaruhi pola berpikir kita.

Zaman sekarang siapa yang tidak punya media sosial? Sudah pasti semua punya, tidak hanya orang dewasa tetapi anak-anak juga punya. Media sosial banyak kegunaannya nih, seperti untuk berkomunikasi, menyediakan informasi, hingga hiburan dan memulai bisnis. Kalau dipikir-pikir lagi bermanfaat juga, ya? Salah satu media sosial yang sering kita gunakan adalah Tiktok. 

Aplikasi ini dikenal dengan video pendeknya. Wah, jadi bisa cari informasi dengan cepat dong. Nah, kita harus merenungkan kembali karena kebanyakan orang menerima informasi tanpa mempertimbangkan kebenarannya. Rudiantara (2020), menyetujui Presiden Jokowi bahwa sebaiknya anak dibawah umur 13 tahun tidak boleh memiliki sosial media. Kenyataannya masih saja banyak anak-anak dibawah umur yang sudah punya media sosial, terutama Tiktok. 

Tiktok dan Sistemnya

Pernah terpikir nggak kalau Tiktok dapat membangun opini? Konten Tiktok bertujuan untuk menggiring opini. Menurut Qadri (2020), media sosial sudah menggeser peran media konvensional. Tiktok hanya punya durasi 15-60 detik per video. 

Informasi langsung disampaikan ke intinya. Nah, ini yang jadi masalah! Durasi pendek, informasi tidak tersampaikan dengan detail yang baik. Kita langsung menerima informasi apa yang kita lihat dan dengar, tanpa mencari lebih lanjut. Kalau kayak gini terus bisa membentuk pola pikir kita menjadi "apa yang terlihat sudah cukup".

Pernah merasa nggak, sih? Begitu buka tiktok, terus bermunculan konten yang viral dan yang kita sukai. Sederhananya, Tiktok didesain dengan algoritma yang memilihkan yang menurutnya kita suka. Keren, kan? Begitu seringnya melihat konten yang sama, tanpa sadar kita mulai menganggap konten itu sebagai "kebenaran".

Menurut Harvard Kennedy School's Misinformation Review (2024), algoritma Tiktok dapat membentuk persepsi dan pengetahuan remaja berdasarkan konten yang mereka konsumsi. 

Coba bayangkan, kita tanpa sadar akan terus menganggap informasi tersebut menjadi sebuah kebenaran. Algoritma akan terus menyediakan konten yang sejalan dengan pandangan kita. Akibatnya, kita akan menelan informasi secara mentah tanpa menanyakan kebenarannya. Kalian tahu "Filter bubble" nggak?  "Filter bubble" adalah ketika kita terus disuguhi konten yang kita minati, pandangan kita terhadap topik lain menjadi sempit. Jadi, kita bakal sulit menerima persepsi lain.

Pengaruh Terhadap Pola Pikir

Sadar nggak? Durasi video memegang peran dalam mempengaruhi kemampuan kita untuk tetap fokus. Biasanya durasi video yang lama membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Nah, beda kalau Tiktok. Video pendek dari Tiktok membuat konsentrasi kita menjadi menurun hingga fokus teralihkan. 

Menurut tim peneliti dari Technical University of Denmark (2019), menemukan bahwa aliran informasi yang terus-menerus dapat mengurangi rentang perhatian kolektif pengguna Tiktok seiring berjalannya waktu.  Jadi, orang-orang yang sudah terbiasa dengan Tiktok akan lebih susah berkonsentrasi. Kenapa? adaptasi otak kita membuat kita menjadi lebih terbiasa berpindah-pindah topik daripada fokus terhadap satu topik dalam jangka panjang. 

Apakah menggunakan Tiktok secara berlebihan berpengaruh terhadap kesehatan mental? Tentu, dengan memicu risiko depresi dan kecemasan. Kalau kalian sudah pernah cobain Tiktok, pasti seru kan? 

Tapi, pernah nggak kalian merasa kurang puas terhadap kehidupan diri sendiri? Menurut penelitian Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking (2014), menemukan bahwa pengguna media sosial akan melihat kehidupan ideal yang dipamerkan orang lain dan mereka akan merasa rendah diri. 

Ketika hal ini terjadi, kita cenderung membandingkan diri sendiri dengan standar yang tidak realistis, yang berisiko menurunkan rasa percaya diri dan meningkatkan perasaan rendah diri. 

Teman-teman, gimana sih caranya agar kita dapat menilai dan memproses informasi yang kita dapatkan melalui Tiktok? Nah, tentunya kita perlu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ternyata, kita perlu membuktikan fakta dan logika terhadap informasi yang kita lihat dari Tiktok. 

Tiktok dengan durasi yang cenderung pendek mengakibatkan kita tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis konten yang kita lihat secara mendalam.  Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis. Kalau seperti ini terus mau apa jadinya? 

Kesimpulan

Nah, sudah pada tahu kan, ya, kenapa tiktok digemari banyak orang? Meskipun Tiktok membawa banyak kegunaan, ternyata penyampaian konten dengan durasi pendek dapat memicu kecenderungan pengguna untuk menelan informasi secara instan tanpa membuktikan kebenarannya secara langsung. 

Maka dari itu, yuk, kita belajar bersama-sama untuk meningkatkan literasi digital agar membantu untuk berpikir kritis terhadap informasi yang didapat. Nggak cuma itu, penting untuk membangun kebiasaan untuk mencari informasi tambahan guna memastikan keakuratan dari informasi yang didapat. Jadi, sudah siap menjadi pengguna tiktok yang cerdas?

Referensi

Harvard Kennedy School. (n.d.). HKS Misinformation Review. Retrieved November 5, 2024, from https://misinforeview.hks.harvard.edu/ 

Kementerian Komunikasi dan Digital. (2020, 08 26). Media Sosial sebagai Alat Komunikasi dan Informasi Organisasi yang Efektif. DJPb. Retrieved November 5, 2024, from https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/meulaboh/id/data-publikasi/artikel/2862-media-sosial.html 

Makarim, F. R. (2022, 02 03). Cek Fakta: Kecanduan TikTok Bisa Picu Penurunan Kognitif Otak. https://www.halodoc.com/artikel/cek-fakta-kecanduan-tiktok-bisa-picu-penurunan-kognitif-otak?srsltid=AfmBOooqiJgizr_w6jAKgzPRXs8iejtlqcS0SUVI9Munoa2-TAGFoiA8 

Qadri, M. (2020, 06 30). PENGARUH MEDIA SOSIAL DALAM MEMBANGUN OPINI PUBLIK, 1, 59. file:///C:/Users/vevet/Downloads/4-Article%20Text-4-1-10-20201207.pdf 

Taufik, M. (n.d.). Media Sosial sebagai Alat Komunikasi dan Informasi Organisasi yang Efektif. DJPb. Retrieved November 5, 2024, from https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/meulaboh/id/data-publikasi/artikel/2862-media-sosial.html 

Universitas Airlangga. (2024, 07 30). TikTok dan Implikasinya terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Gen Z. TikTok dan Implikasinya terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Gen Z

Vogel. (2014). Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking. https://home.liebertpub.com/publications/cyberpsychology-behavior-and-social-networking/10/overview  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun