Menghadapi ledakan permintaan, para pengusaha ini tentu berlomba-lomba memborong porsi tenda sebanyak mungkin untuk disewakan. Sedangkan di sisi lain, negara-negara kaya yang mengendalikan sumber daya energi dunia membeli porsi tenda berlebih kepada investor-investor swasta ini. Begitulah lingkaran setan kapitalisme haji berkembang dan menggerus sisi spiritualitas ibadah ini.
Munculnya korporat-korporat penguasa tenda haji tak ubahnya penjajah baru di tanah suci yang mengeksploitasi ibadah untuk meraup keuntungan materil. Mereka telah menistakan sakralitas haji yang sesungguhnya merupakan bentuk ketundukan spiritual kepada Allah Ta'ala. Firman-Nya:
"Dan telah Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik..." (QS Luqman: 15)
Ayat ini melarang keras perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dalam bentuk apapun, termasuk mengambil keuntungan dari ibadah yang semestinya dikhususkan hanya untuk meraih keridhaan-Nya. Kongsi tenda-tenda swasta jelas telah menjadikan ibadah haji sebagai ladang bisnis demi memupuk keuntuNgan materiil belaka.
Sudah tergambar jelas bahwa tragedi kemanusiaan mengerikan yang menimpa jemaah Indonesia di Mina bukan semata persoalan teknis manajemen namun telah menyentuh akar permasalahan yang lebih besar; yaitu gagalnya Saudi sebagai tuan rumah dalam menjamin penghormatan atas hak-hak jemaah sebagai tamu Allah, pengingkaran prinsip keadilan dan persaudaraan dalam Islam, serta tumbuhnya virus kapitalisme yang menggerogoti kemurnian ibadah haji.
Sungguh miris menyaksikan ziarah suci yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meningkatkan spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah, justru dikelola secara zalim oleh oknum-oknum yang hanya memburu keuntungan duniawi semata. Kita patut bertanya, sejauhmana lagi kemurnian dan sakralitas ibadah haji akan diremehkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H