Mohon tunggu...
Muhammad Veri Azis
Muhammad Veri Azis Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikoanalisis dari Kasus Pembullyan Siswa SD Di Bekasi: Pembullyan Berujung Petaka

6 Desember 2023   21:32 Diperbarui: 12 Desember 2023   14:52 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Bullying jika diartikan dengan kata adalah, seseorang yang melakukan perbuatan menyakiti atau mengintimidasi terhadap orang yang dianggapnya rentan, baik dari segi kepribadian, kekurangan, hingga kelebihan yang dimilikinya. pembullyan merupakan hal yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat, karena termasuk kedalam perilaku intimidasi yang dapat mempengaruhi psikis korban. Perilaku ini dapat terjadi kepada siapa saja dan kapan saja, hal tersebut bisa terjadi karena pola pikir serta pengalaman yang dimiliki setiap manusia memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya. 

Jagat dunia maya pada November 2023 dihebohkan dengan mencuatnya pemberitaan pembullyan yang dialami oleh seorang siswa kelas 6 SD di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Siswa SD berinisial F ini mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari temannya saat bersama-sama ingin jajan diluar sekolah ketika jam istirahat, saat sedang berjalan menghampiri penjual jajanan, kaki F diselengkat dari belakang oleh temannya yang berinisial L dan mengakibatkan F terjatuh dengan posisi dengkul menghantam aspal terlebih dahulu, setelah itu F mendapatkan perkataan olok-olokan hingga ancaman yang dilontarkan oleh teman-temannya, atas dasar itulah F menjadi enggan untuk bercerita tentang kejadian pembullyan yang dialaminya baik kepada guru di sekolahnya maupun orang tua.

Tidak hanya kasus pembullyan yang dialami F hingga menyebabkan kakinya diamputasi pada 26 Oktober silam, pengguna sosial media juga dibuat geram atas pernyataan wakil kepala sekolah yang tidak lain wali kelas F yang memberikan pernyataan bahwa kejadian yang menimpa F hanya sebatas candaan saja, bahkan dirinya terlihat santai dan menganggap sepele saat diwawancarai oleh para awak media atas kejadian pembullyan yang menimpa F. Penjelasan terkait bagaimana kejadian pembullyan hingga berakibat kaki F harus diamputasi, sampai faktor psikoanalisis yang terdapat pada pelaku, korban, hingga wali kelas akan disampaikan lewat artikel di bawah ini.

KRONOLOGIS KEJADIAN YANG MENIMPA F

Kronologis kejadian pada bulan Februari 2023 silam terjadi ketika F sedang berjalan keluar sekolah untuk jajan bersama 5 orang temannya, kemudian saat sedang berjalan, kaki F diselengkat dari belakang oleh seorang temannya sehingga membuat F terjatuh dengan posisi dengkul menghantam aspal terlebih dahulu. Saat terjatuh tidak ada satupun dari temannya yang menolong dan hanya mengolok-olok F, pelaku yang menyelengkat F juga mengancam kepada F untuk tidak memberitahukan kepada siapapun atas kejadian F yang jatuh karena di selengkat.

Dihimpun dari salah satu stasiun tv nasional yang mewawancarai Ibu korban pada (31/11/2023), ternyata korban/F setelah terjatuh diancam oleh pelaku untuk tidak memberi tahu kejadian ini kepada guru di sekolahnya maupun orang lain, karena hal tersebut, F takut dan tidak mau cerita ke orang lain bahkan orang tuanya yang dimana diwaktu yang bersamaan, F sedang menahan rasa sakit di area dengkul serta telapak tangannya karena menopang berat badannya pasca terbentur permukaan aspal. Setelah dirinya terjatuh, korban/F hanya mengompres sementara telapak tangannya dengan es batu yang didapatkannya dari salah 1 penjual jajanan. Seiring berjalannya waktu, di hari ketiga pasca kejadian, kondisi luka F justru semakin parah sampai pada akhirnya dirinya mengalami nyeri di area dengkul dan memerah. Setelah hal tersebut orang tuanya mendesak F untuk bercerita bagaimana awal mula kejadiannya sampai korban/F tidak bisa berjalan karena dengkulnya yang sakit.

Kemudian orang tuanya memberi kompres sementara dengan air hangat, dan merujuk korban/F ke klinik terdekat. Lantaran rasa sakit yang dialami korban/F tidak kunjung sembuh, orang tuanya membawa F ke rumah sakit untuk memeriksa secara rontgen dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Awalnya F diperiksa di RS Hermina dan didiagnosis mengalami infeksi di bagian dalam dan harus dioperasi, tetapi keluarga F mencoba mencari opsi lain, mereka mendatangi RS Pondok Indah sampai ke RSCM. Kemudian karena kondisi kaki F semakin memburuk, akhirnya dirinya dirujuk ke RS Dharmais. Setelah menjalani pemeriksaan, F dinyatakan terindikasi memiliki cairan di persendian dengkulnya dan mengalami kanker tulang. Dokter pun harus memberikan pilihan sulit, yakni dengan pilihan mengamputasi kaki kiri F lantaran jika tindakan tersebut tidak segera dilakukan, kondisi F akan semakin parah. Dokternya pun mengatakan bahwa benturan dan cedera yang dialami F memicu aktif munculnya kanker tulang dan sekarang mengharuskan tindakan amputasi.

Hingga akhirnya pada tanggal 26 Oktober dilakukan tindakan amputasi oleh pihak dokter, lalu ketika wartawan menanyakan penjelasan kepada wali kelas korban atas kejadian yang menimpa F, wali kelas korban melontarkan ucapan "Iya (hanya) bercanda, mereka bercanda-bercanda, main, terus jajan. Jadi kalau untuk perundungan kayaknya terlalu jauh untuk dirundung, ini mereka jajan bercanda, selengkatan kaki satu orang, ke F, jatuh," ucap Sukaemah dikutip dari Lampungtime.com. Hal inilah yang menyebabkan kasus pembullyan F menjadi semakin banyak dibahas dan mengundang reaksi geram dari para pengguna sosial media. 

Pada tanggal 7 Desember 2023, korban/F dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Hermina Bekasi karena kondisinya drop dan mengalami sesak nafas. Hal ini diinformasikan oleh pengacara korban, yaitu Mila Ayu Dewata. Berita tersebut sudah dilansir oleh beberapa media dan sudah tersebar luas di sosial media.

KARAKTERISTIK PSIKOANALISIS YANG TIMBUL

Dalam teori psikoanalisis, manusia dianggap sebagai makhluk yang kompleks dengan berbagai lapisan kesadaran dan tidak sadar. Terdapat beberapa karakteristik manusia komunikan dalam segi psikoanalisis, antara lain:

  • Id (Hawa nafsu): Bagian tidak sadar kepribadian yang didominasi oleh keinginan dan naluri dasar. Ini mencakup dorongan biologis dan insting-insting dasar.

  • Ego (Yang mengontrol): Bagian yang berusaha memediasi antara id dan realitas eksternal. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas dan mencoba memuaskan keinginan-keinginan id secara realistis.

  • Superego (Moral): Norma-norma moral internal dan ideal-ideal yang dimiliki individu. Superego berfungsi sebagai suara hati nurani dan mencerminkan norma-norma sosial yang diterima.

Erat kaitannya lapisan-lapisan sadar dan tidak sadar manusia, seperti id, ego, dan superego tersebut dengan perilaku seseorang, sebagai contoh yaitu pada kasus perundungan terhadap salah seorang siswa di Bekasi. Dalam kasus ini, id (hawa nafsu) menjadi alasan dasar mengapa pelaku yang berinisial L menyelengkat kaki F dan mengolok-olok hingga mengancam korban bersama siswa lainnya. Dari kronologi tersebut, menunjukkan bahwa id (hawa nafsu) pelaku berkeinginan untuk membuat orang lain menderita dengan cara menyelengkat siswa berinisial F yang sedang berjalan menghampiri penjual jajanan ketika jam istirahat berlangsung. Di samping itu, id (hawa nafsu) juga berlaku pada tindakan gurunya yang mewajarkan perilaku bullying dengan melontarkan pernyataan bahwa tindakan yang dilakukan siswa L itu candaan semata bahkan membantah jika di sekolah mereka terjadi perundungan.

Selain itu, dapat dilihat bagaimana superego (moral) mendorong seseorang dalam bertindak pada kasus perundungan siswa F, misalnya guru yang berusaha menutupi kasus perundungan tersebut khawatir jika kasus perundungan siswa F tersebar luas, maka orang tua siswa yang terlanjur menyekolahkan anaknya di sana akan berdemo. Sehingga guru tersebut berupaya untuk melindungi nama baik sekolah. Dalam hal ini, hati nurani guru tersebut memperingatkannya untuk bertindak sesuai norma sosial. Sementara itu, ego (yang mengontrol) berperan penting pada setiap individu yang terlibat dalam kasus perundungan terhadap siswa F termasuk korban, pelaku, guru, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dikarenakan ego menjadi bagian kesadaran yang mengontrol antara id (hawa nafsu) dengan superego (moral). Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa alasan pelaku menyelengkat kaki F dan mengolok-olok hingga mengancam korban bersama siswa lainnya disebabkan oleh dorongan dari id (hawa nafsu) yang tidak dapat dikontrol oleh ego (yang mengontrol). Sehingga, superego (moral) terabaikan.

KESIMPULAN

Dari kasus yang telah terjadi, banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Pelajaran ini berlaku di semua kalangan atau masyarakat, baik orang tua maupun anak-anak. Kasus ini telah memberikan dampak yang sangat buruk bagi psikis dan fisik korban. Hal ini disebabkan atas perlakuan teman-teman korban/F yang dengan sengaja bersengkongkol untuk membully,  hingga salah seorang temannya menyelengkat kaki F dan mengolok-olok korban/F. 

Tidak hanya itu, kasus ini juga berdampak bagi orang tua korban. Orang tua sampai mendesak F untuk bercerita bagaimana awal mula kejadiannya karena kekhawatiran yang timbul terhadap kondisi kaki F yang kian memburuk hingga F tidak bisa berjalan karena rasa sakit pada dengkulnya dan pada akhirnya tindakan amputasi harus dilakukan. Hal utama dari kejadian ini, orang tua menjadi peranan yang penting dalam pembentukan sifat serta psikologis anak dalam bersosial, dengan menunjukkan sikap positif, empati, dan menghargai perbedaan, anak-anak akan cenderung meniru perilaku tersebut. Selain itu, komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak juga penting. Orang tua perlu melibatkan anak dalam percakapan mengenai nilai-nilai moral, etika, dan dampak negatif dari perilaku merugikan orang lain. Mengajarkan anak untuk mengembangkan empati dan memahami perasaan orang lain juga merupakan aspek penting dalam mencegah perilaku bullying. Melalui pendekatan ini, orang tua dapat membantu membentuk karakter anak-anak mereka sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan menghormati orang lain.

Sebagai orang tua, harus bisa mengetahui apa yang dilakukan anak di sekolah. Alangkah baiknya jika orang tua rajin bertanya kepada anak bagaimana hari mereka di sekolah, perilaku baik dan buruk yang dilakukan anak, mengajarkan anak agar lebih terbuka terhadap orang tua. Orang tua juga dapat mengajarkan anak dan memberi arahan anak agar berperilaku baik, dan memberikan gambaran serta contoh dari akibat perilaku buruk. Maka dari itu, anak dapat mengerti bahwa perilaku buruk dapat berdampak buruk juga bagi orang lain. Orang tua juga perlu memperhatikan kesehatan mental seorang anak, karena seringkali orang tua merasa mental anak baik-baik saja, namun kenyataannya tidak. 

Penulis juga membahas kasus ini lewat podcast yang dipublikasikan melalui platform YouTube, jika anda tertarik untuk menonton bisa mengaksesnya lewat link berikut ini https://youtu.be/np8aSrZVT10?si=DPVLWqV_bwkSEYVQ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun