Bahkan sekarang ini menunjukkan bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas namun memiliki mental yang lemah dan prilaku yang tidak terpuji. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba dan seks di luar nikah.
Sehingga tidak heran jika banyak pejabat-pejabat tinggi dengan gelar sarjana banyak melakukan korupsi karena tidak pernah ikut merasakan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh daerah pedesaan dan terpencil, mulai dari sarana pendidikan dan pembangunan yang tidak merata.Â
Banyak pejabat yang hanya bersenang-senang korupsi uang negara untuk kepuasan memenuhi gaya hidup yang tinggi tanpa memikirkan kemajuan negaranya.Â
Hal tersebut menunjukkan bahwa lulusan pendidikan yang tinggi saja tidak mampu melakukan tindakan nyata dari apa yang telah ia pelajari selama masa pendidikan, yang dapat mendorong kesejahteraan bangsa.Â
Bagaimana negara akan maju jika lemaga-lembaganya saja hanya mementingkan diri sendiri dan memikirkan kepuasan masing-masing? Jarang ditemui jiwa-jiwa penerus bangsa yang jujur dan dapat mengayomi masyarkatnya.
Inilah gambaran pendidikan di kota dan daerah pedesaaan, di pedesaan anak-anak masih belum bisa mengenyam pendidikan yang bermutu bagus karena masalah pembangunan dan akses transfortasi yang tidak memadai.
Sedangkan daerah perkotaan yang dapat mengenyam pendidikan bagus dengan fasilitas yang lengkap malah tidak bisa mencerminkan prilaku yang sesuai dengan pendidikan yang berkarakter.Â
Kemudian didaerah perkotaan banyak pengangguran yang memiliki gelar sarjana, hal tersebut disebabkan kurangnya lapangan kerja yang tersedia di daerah perkotaan.Â
Tetapi hal ini tidak terjadi merata diseluruh perkotaan, hanya sebagain kecilnya saja yang bergelar sarjana tetapi pengangguran. Hal ini yang harus ditangani oleh lembaga-lembaga yang berwenang agar lapangan pekerjaan mencukupi lulusan-lulusan sarjana atau yang berpendidikan tinggi agar mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing.Â
Walaupun ada segelintir yang memiliki gelar sarjana tetapi tidak memiliki pengalaman layaknya seorang yang berpendidiikan sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Meskipun fasilitas didesa masih kurang memadai, tetapi sebenarnya hal ini menjadi pembelajaran bagi anak-anak desa karena mereka terbiasa dengan kerja keras, tantangan, dan tidak patah semangat.Â