Mohon tunggu...
Vera Damayanti
Vera Damayanti Mohon Tunggu... Novelis - Novelis Digital

Hanya seorang penulis dalam dunia digital yang ingin berbagi inspirasi dan imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Taja, The Warrior of Rhoden #1

28 Januari 2025   10:17 Diperbarui: 28 Januari 2025   10:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramshad Ali and  Taja (Source: Meta  AI, novel cover  is  designed by  Vera Damayanti)

Mereka menikmati makan malam itu bersama. Suasana yang hangat menyelimuti keluarga kecil tersebut. Sesekali terdengar tawa kecil, yang menandakan bahwa mereka benar-benar bahagia.

"Baiklah, Dyma. Apa yang ingin kau bicarakan?" Miszha memulainya, agak tak sabar sejak tadi, ingin tahu sesuatu yang mengganjal pikiran suaminya.

Dyma terdiam, membutuhkan beberapa saat sebelum mulai angkat bicara. Setelah menatap Taja, ia pun berkata, "Suatu saat, Taja harus menikah." Sesuai dugaannya, Miszha dan Taja saling pandang.

"Tentu, cepat atau lambat, pernikahan itu akan terjadi. Tetapi, Sayang, mengapa kau membicarakannya sekarang?" Miszha meremas lembut tangan kokoh suaminya, sekaligus isyarat agar Dyma lebih hati-hati dalam berkata-kata, sebab pernikahan bukanlah sesuatu yang gampang diterima oleh semua anak gadis, khususnya Taja.

"Miszha, kau tahu sejak dulu bahwa setiap keluarga kesatria seperti kita harus siap kehilangan. Kehilangan sosok ayah, pelindung kalian, karena risiko kematian yang lebih besar. Aku ... terus terang selalu memikirkannya setiap saat, bahkan sejak kita menikah. Aku tidak ingin Taja terkejut ketika hal itu terjadi. Untuk itu, putri kita membutuhkan sosok pelindung lainnya. Seorang suami."

 

Air muka Taja memang tidak menentang, namun juga tidak menyetujui usul  sang ayah. Ia membiarkan ayahnya bicara lebih dahulu sebelum mengemukakan pendapatnya.

"Usiamu sudah delapan belas tahun. Gadis-gadis lain bahkan telah menikah lebih cepat. Aku sangat menyayangimu, Taja, sehingga terpaksa kubahas ini lebih cepat. Miszha, sebagai seorang ibu, kau juga harus memahami maksudku. Kita bukan petani atau pedagang, tidak ada yang bisa kuwariskan pada Taja selain ilmu pedang, jadi ... ."

"Ayahmu sudah banyak menjelaskan keinginannya. Bagaimana menurutmu?" Miszha mengalihkan pusat pembicaraan ini kepada putrinya untuk membantu Dyma. "Katakan saja, Taja. Kami harus tahu pendapatmu. Ini hidupmu, masa depanmu. Kau juga berhak menentukannya sendiri. Satu hal yang harus kau ingat, setiap keputusan pasti memiliki risiko, tinggal bagaimana kau mampu mempertimbangkannya baik-baik."

Gadis berambut panjang seperti ibunya itu merenung. Matanya yang indah belum berani menatap kedua orang tuanya. Walaupun tetap cantik tanpa riasan tebal, tak banyak pemuda yang berani meminangnya dikarenakan sifatnya yang cenderung kelaki-lakian. Hidung mancung, pipi yang merona dan sepasang bibir yang kemerahan, tak cukup untuk memancing keberanian lawan jenisnya. Bagi Taja, ia hanya akan menjadi diri sendiri, sesuai dengan cita-citanya. Namun, jika itu dianggap penting bagi masa depannya ... .

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun