Mohon tunggu...
Vera Damayanti
Vera Damayanti Mohon Tunggu... Novelis - Novelis Digital

Hanya seorang penulis dalam dunia digital yang ingin berbagi inspirasi dan imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Legionnaire: Battle of The Heart #6

21 Januari 2025   06:27 Diperbarui: 21 Januari 2025   06:27 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramshad Ali and Taja (Source: two characters and background are generated by Meta AI, novel cover is designed by Vera Damayanti)

Taja bangkit. Mendadak menghunus belati bergagang gading dari sarung yang terpasang di pinggang kirinya, kemudian menyerang Ramshad. Ujung benda itu sudah menyentuh kulit leher pria tersebut tetapi dia tetap tenang dan sedikit mengangkat alisnya.

"Apa ini? Sekadar pembuktian bahwa kau tidak lagi mencintainya?" pancing Ramshad. Mereka sudah sekian lama bersama namun kali ini Taja seperti hendak membuktikan sesuatu padanya. Entah apapun motivasinya. Dendam, sakit hati, rasa benci. Tampak sangat jelas terbaca bahwa dia begitu alergi pada satu kata itu. Cinta.

"Dengar ya, Sok Tahu! Kalau kurang keras bisa kuteriakkan kata-kataku ke telingamu. Aku tidak lagi mengingat nama itu. Bagiku dia sudah lama mati! Satu-satunya peristiwa yang membuatku terjatuh adalah ketika harus kehilangan orang tuaku. Bukankah kau juga melihatnya? Bagaimana Sazzar menghabisi mereka? Jadi, jangan kau buka lagi semua luka itu karena bisa membuatku menyakitimu!"

Ramshad justru menatap tajam ke wajah Taja yang memerah dan mulai basah oleh air mata. "Kau lupa bahwa kau seorang panglima? Sedalam apapun luka hatimu, seharusnya tidak membuatmu tampak lemah." Tangannya yang berbalut sarung tangan hitam meraih dagu Taja sehingga kini keduanya sama-sama duduk di atas rumput hijau permadani. "Nikmati penderitaan sama seperti kau menikmati kebahagiaan."

Ia menunggu beberapa saat sehingga Taja menjadi lebih tenang. Sudah sekian ribu kali kesempatan seperti ini datang, namun Ramshad memilih tetap diam dan menghindar. Tidak mungkin memanfaatkan kelemahan Taja demi sisi egonya sebagai seorang pria. Mengenal wanita itu sejak dia berusia delapan belas tahun, tentu lebih dari cukup untuk menerjemahkan sinyal rasa dalam hatinya. Bagaimanapun ia harus yakin, bahwa perasaan itu tidaklah bersifat sementara.

"Aku ... ternyata tidak setangguh itu." Taja tertunduk. "Aku ingat saat raja menunjukku sebagai panglima, seseorang berkata, bisa apa dia? Aku berusaha menelan pahitnya kekecewaan itu sehingga kadang harus berpura-pura, tetapi kau ... mengapa raja tidak menunjukmu?"

"Hhh, dia." Ramshad berubah malas dan menggunakan kedua tangan untuk menyangga belakang kepala dan kembali menatap bintang-bintang. "Tak seorang pun mampu memahami isi kepala Yang Mulia yang kelewat cerdas."

"Maksudmu?"

"Susah kujelaskan padamu tetapi percayalah, raja tidak sebaik yang kita kira. Sebaiknya kau urungkan niat untuk memata-matainya. Urus saja pasukan."

Penjelasan Ramshad malah memicu rasa penasaran yang lebih dalam. Dilihatnya tatapan curiga Taja, ungkapnya lagi, "Sepertinya, dia mulai berubah."

Kenyataannya, ia sulit menyakinkan Taja. Wanita itu bahkan sudah mencatat kegiatan rajanya selama beberapa hari namun sekilas tidak ada yang aneh atau menarik perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun