Saat itulah, Taja naik ke atas arena, berdiri di samping Ramshad, dan membuka tudung kepalanya, membuat mereka semakin gemetar karena sangat mengenal sosok wanita itu. “Kami adalah utusan rajamu! Melanggar aturan tinggi kerajaan adalah sebuah kejahatan! Kalian terlibat dalam permainan ini lantas menyebarluaskan ke wilayah Eyn hingga semua orang tertarik, bahkan anak-anak! Wajah kalian sudah kuingat, kalian tidak akan lolos biarpun berhasil keluar dari tempat ini!” kecamnya.
Mendengar itu, puluhan warga Eyn yang merasa bersalah langsung bergegas menuju celah dinding untuk melarikan diri. Taja berusaha mencegah, namun tangan Ramshad menghentikannya.
“Musuh kita bukan mereka,” ucap Ramshad.
Benar saja. Pemilik bisnis judi gundu datang sambil membawa para pendukungnya. Mereka tidak terima bila ladang bisnis kotor tersebut menjadi bangkrut. “Kalian adalah penyebab kekacauan ini! Karena itu, bayar kerugianku dengan nyawa, sebab aku tidak keberatan jika harus menghabisi panglima perang Eyn malam ini.”
Keputusan yang salah, sebab yang terjadi kemudian justru sebaliknya. Meskipun hanya berdua, Ramshad dan Taja melumpuhkan mereka dengan mudah. Peran tentara bayaran malah menambah keruh keadaan dengan menembak secara membabi buta, mengakibatkan tiang besar penahan tanah ambruk. Tempat itu perlahan menuju kehancuran. Sebelum itu terjadi, Ramshad dan Taja telah lebih dulu menyelamatkan diri, dan berakhirlah arena laga ‘judi gundu’ malam itu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H