Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Mempertemukanku dengan Mamak Tjiptadinata Effendi

8 Januari 2021   20:45 Diperbarui: 9 Januari 2021   11:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Vera Syukriana,S.Pd

Kompasiana wadah menampung semua tulisan bagi para penulis. Kita bisa menulis berbagai bentuk tulisan. Baik berupa puisi, cerpen, artikel dan tulisan lainnya.

Kompasiana juga banyak mengadakan perlombaan. Di Kompasiana kita dapat membaca berbagai tulisan dari orang-orang terhebat. Salah satunya penulis yang bernama Tjiptadinata Effendi.

Beliau seorang penulis yang sangat inspiratif. Yang sudah memiliki banyak tulisan.

Dia menduduki poin Maestro dengan poin 258.866. Selama 8 tahun dia giat menulis di kompasiana sehingga tulisannya sampai sekarang sudah berjumlah 5.263.

Tulisannya sungguh banyak jenisnya. Ada yang menceritakan tentang kehidupan orang lain, kehidupannya dengan keluarganya, kisah cinta dan kemesraan serta kisahnya selama bergabung di kompasiana.

Begitu banyak tulisannya. Saking banyaknya, aku belum bisa membaca semuanya. Dibandingkan aku yang masih 5 bulan bergabung di kompasiana. Dia patut diberi gelar Maestro.

Meskipun di usia senja dia masih tetap berkarya dan aktif menulis. Kesuksesannya tidak terlepas dari semangat dan dukungan dari keluarga besarnya terutama istrinya, Bu Roselina.

Kapan aku kenal Pak Tjiptadinata Effendi dan Bu Roselina?

Berawal dari semangatku menulis di kompasiana yang baru berumur jagung, yaitu 5 bulan. Aku menulis dan menuangkan semua yang kupikirkan kebentuk tulisan.

Sehingga pada saat itu, aku mengirim sebuh tulisan yang berjudul "Aku dengan Segala Kelemahanku." Ternyata, tulisanku ini termasuk highlight di kompasiana dan yang sangat menyenangkan hatiku, tulisan ini diberi komentar oleh Pak Tjiptadinata Effendi.

Saat itu, aku sungguh senang bukan kepalang. Setelah aku telusuri tulisan Pak Tjiptadinata Effendi, rupanya dia seorang penulis yang hebat.

Dia memberikan komentar yang membangun diri untuk belajar lebih baik lagi. Dia memberikan dukungan dan semangat atas tulisan-tulisanku.

"Selamat malam Mbak Vera. Terima kasih sudah berbagi tulisan inspiratif. Salam hangat selalu", komentar pertama Pak Tjip pada tulisanku.

Ini berlanjut terus. Aku terus menulis baik berupa artikel, cerpen, dan puisi. Komentarnya menambah semangatku dan berusaha lebih baik lagi.

Hingga pada satu tulisanku yang lain, dia kembali memberi komentar. Dia menyampaikan kalau kita sekampung. Istrinya orang Solok. Dia memanggil dirinya Mamak (panggilan paman untuk orang Padang Sumatera Barat)

Mendengarkan penjelasan ini, aku makin ingin mengenalnya. Aku meminta nomor kontaknya. Alhamdulillah, aku bisa komunikasi lewat Whatsupp

Kadangkala, aku meminta saran atas tulisan yang kutulis sebelum dikirim ke kompasiana. Dia sering memberi saran yang membuat tulisanku lebih baik.

Aku penasaran dengan Mamak. Wajahnya seperti orang Cina. Bermata sipit dan senyumannya yang menawan, memberikan kesejukan pada orang yang memandangnya.

Tiba pada saat aku mengirim tulisan berupa puisi. Aku kaget, ada seorang ibu bersanggul dengan senyum manis pada foto profil kompasiananya. Dia bernama Bu Roselina Dinata. Aku berpikir, mungkin ibu ini istrinya Pak Tjip karena namanya ada kata Dinata.

Bu Roselina memberi komentar pada puisiku dengan memanggilku Ananda. Panggilan yang membuatku merasa dekat dengan dia. Dan akhirnya, aku minta nomor kontak Bu Ros.

Namun, sampai sekarang aku belum menghubunginya karena nomor kontaknya tidak nomor Whatsupp dan bukan juga kode nomor Indonesia  tapi sepertinya nomor luar negeri.

Nyatanya, benar. Setelahku baca beberapa tulisan Mamak, ternyata dia tinggal di Australia. Pantesan Mamak sering membuat pesan di WA,"salam hangat dari keluarga di rantau ya, Ananda Era."

Melihat kemesraan Mamak dan istrinya sangat patut diacungkan jempol. Mereka mengharungi rumah tangga yang sangat lama yaitu 56 tahun. Waktu yang sungguh panjang penuh lika-liku kehidupan.

Sungguh, Pasangan sehidup semati sampai menua.Kehidupan rumah tangganya yang romantis membuat pasangan muda jadi iri.

Kadangkala mereka makan ke restoran dan tidak ada merasa malu dan tidak enggan untuk makan sepiring berdua. Wow, amazing. Mereka sangat luar biasa.

Harapanku, semoga aku diberikan kesempatan ketemu Mamak dan istrinya secara langsung. Aku menunggu Mamak dan istri di Kota Solok. 

Aku sangat ingin menjadi penulis hebat seperti Mamak dan istrinya. Mudah-mudahan Mamak dan keluarga diberi kesehatan sehingga harapanku terkabul.Salam hangat dari kemenakanmu, Vera Syukriana, S.Pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun