Saat itu, aku sungguh senang bukan kepalang. Setelah aku telusuri tulisan Pak Tjiptadinata Effendi, rupanya dia seorang penulis yang hebat.
Dia memberikan komentar yang membangun diri untuk belajar lebih baik lagi. Dia memberikan dukungan dan semangat atas tulisan-tulisanku.
"Selamat malam Mbak Vera. Terima kasih sudah berbagi tulisan inspiratif. Salam hangat selalu", komentar pertama Pak Tjip pada tulisanku.
Ini berlanjut terus. Aku terus menulis baik berupa artikel, cerpen, dan puisi. Komentarnya menambah semangatku dan berusaha lebih baik lagi.
Hingga pada satu tulisanku yang lain, dia kembali memberi komentar. Dia menyampaikan kalau kita sekampung. Istrinya orang Solok. Dia memanggil dirinya Mamak (panggilan paman untuk orang Padang Sumatera Barat)
Mendengarkan penjelasan ini, aku makin ingin mengenalnya. Aku meminta nomor kontaknya. Alhamdulillah, aku bisa komunikasi lewat Whatsupp
Kadangkala, aku meminta saran atas tulisan yang kutulis sebelum dikirim ke kompasiana. Dia sering memberi saran yang membuat tulisanku lebih baik.
Aku penasaran dengan Mamak. Wajahnya seperti orang Cina. Bermata sipit dan senyumannya yang menawan, memberikan kesejukan pada orang yang memandangnya.
Tiba pada saat aku mengirim tulisan berupa puisi. Aku kaget, ada seorang ibu bersanggul dengan senyum manis pada foto profil kompasiananya. Dia bernama Bu Roselina Dinata. Aku berpikir, mungkin ibu ini istrinya Pak Tjip karena namanya ada kata Dinata.
Bu Roselina memberi komentar pada puisiku dengan memanggilku Ananda. Panggilan yang membuatku merasa dekat dengan dia. Dan akhirnya, aku minta nomor kontak Bu Ros.
Namun, sampai sekarang aku belum menghubunginya karena nomor kontaknya tidak nomor Whatsupp dan bukan juga kode nomor Indonesia  tapi sepertinya nomor luar negeri.