Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dipenghujung Liburan Vs Kecelakaan (Part 1)

30 Desember 2020   23:27 Diperbarui: 31 Desember 2020   00:17 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Vera Syukriana,S.pd

Liburan semester adalah hari yang ditunggu-tunggu terutama anak-anakku. Mereka sangat menanti hari libur abinya yang selalu bekerja setiap hari.

Setiap kepulangan Abi dari tempat kerja, mereka selalu meminta satu hari saja libur kerja. Meskipun Umi libur tapi harus merawat nenek yang sedang sakit.

Karena setiap hari diteror anak-anak untuk liburan, sumiku mengabulkan permintaan mereka. Paginya kami sudah bersiap untuk melakukan perjalanan ke Kota Padang.

Semua sudah siap, tinggal anak sulungku yang belum mandi. Dia pergi bersama ponakanku membuang sampah. Kedatangan mereka sangat ditunggu-tunggu. Namun, sudah satu jam lebih belum juga datang.

Kucoba menelepon keponakanku, tapi tidak diangkat. Suamiku semakin uring-uringan menunggu. Dia membayangkan panjangnya kemacetan  di perjalanan.

Tak lama kemudian, Umar datang dengan membawa dua kotak balon. Dia  sangat senang dan tak lupa  berbagi dengan adeknya, Rasyid. Inilah penyebabkan mereka pulang terlambat. Mereka pergi ke toko mainan yang menjual balon.

"Abi, Umar dibelikan bang Fadhel balon", teriakan riang Umar sambil memeluk abinya.

Tidak ada respon sedikit pun dari Abi. Umar menyongsong Abi yang berjalan ke kamar. Umar merasakan ada yang salah atas apa yang diperbuatnya. Karena dia menyadari, ketika Abi diam berarti Abi marah.

"Abi maafkan Umar. Umar yang salah. Umar sudah membeli balon ini. Umar lupa kalau Abi melarang membelinya tadi."

"Abi sudah ingatkan tadi pagi. Umar sekarang melanggar dan tidak mendengarkan Abi."

"Tolong maafkan Umar, Bi. Umar tidak akan mengulanginya lagi", Umar menangis dihadapan abinya.

Abi tetap diam. Umar hanya bisa menangis dan berusaha mempersiapkan dirinya agar segera pergi. Dia tidak mau, Abi marah lagi karena keterlambatannya.

Akhirnya, Umar siap dan sudah rapi. Abi menghidupkan mobil. Perjalanan kami dimulai.

Suasana di atas mobil tersa sunyi. Tak ada lagi canda tawa seperti biasanya. Kehebohan Umar bungkam karena Abi mendiamkannya.

"Abi, tolong bicara sama Umar. Umar berjanji untuk patuh. Umar akan selalu ingat pesan Abi."

"Umar, Abi sangat bangga memiliki anak soleh seperti Umar. Jadilah contoh untuk Rasyid. Ketika Umar patuh dan berakhlak baik, saat itu pula Rasyid akan menjadikan Umar sebagai panutannya. Abi melarang beli balon karena balon itu bisa membuat leher Umar sakit meniupnya. Karena pergi beli balon, perjalanan kita jadi terlambat. Sehari sebelum tahun baru ini, biasanya perjalanan macet kalau kita siang berangkatnya", kata Abi sambil mengusap kepala Umar.

Seketika, suasana terasa mengharukan. Umar menangis menyesali kesalahannya.

"Maafkan Umar ya Bi", jawab Umar penuh penyesalan.

Sesampai di pasar Padang Panjang kami membeli bekal untuk makan diperjalanan. Umar dan Rasyid memilih cemilan yang mereka sukai.

Perjalanan dilanjutkan. Terlihat anak-anakku menikmati perjalanannya. Terdengar tawa ria mereka di kursi belakang. Sesekali Rasyid berteriak memanggil monyet yang ada dipinggir jalan sepanjang perjalanan menuju Lembah Anai.

Ternyata, kami dihadapkan dengan macet yang sangat panjang. Kami penasaran akan hal yang menyebabkan kemacetan ini.

Terdengar ambulan bersiul-siul lewat bergantian. Terlihat juga ada mobil Dinas Perhubungan dan mobil polisi yang datang silih berganti.

"Sepertinya ada kecelakaan beruntun", kata suamiku seakan dia yakin dengan kejadian sebenarnya.

Aku pun merasakan hal yang sama. Aku sangat berharap tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.

Terdengar dentingan nada pada gawaiku. Kubuka whattsup, rupanya ada teman memberi informasi. Aku sangat kaget, yang kami perkirakan benar.

Temanku menginformasikan bahwa pada hari Rabu Tgl 30 Desember 2020 pukul  09.10 Wib telah terjadi kecelakaan beruntun di Jorong Air Mancur Nagari Singgalang Kec. X Koto akibat rem blong 1 unit Mobil Truk no plat Ba 9991 XA Menabrak beberapa mobil antara lain :
1. Avansa no plat : BA 1840 BP
2. Innova No plat BE 1607 KX
3. Avansa no plat BA 1670 ME
4. Avansa no plat BM 1770 JZ
5. Bus L300 no plat BA 7079 SU
6. Kijang LGX No Plat BA 1484 IH
7. AVANSA no plat BM 1210 PG
8. AGYA NO Plat BK 1875 YR
9. Avansa  No plat BA 1126 L

Untuk korban,luka luka dan sudah di bawa ke rumah sakit. Untuk situasi jalan macet total. Masalah sudah tangani oleh pihak Satlantas Polres Padan Panjang.

Informasi ini sangat membantu kami untuk mengambil tindakan. Suamiku berharap tidak terlalu lama. Kulihat ada mobil yang tidak sabar berada pada kemacetan panjang ini. Ada yang berbalik dan tidak melanjutkan perjalanan munuju Padang.

Setengah jam lebih lamanya kami menunggu kemacetan ini. Di tengah kemacetan ini, ada kelakar anak-anakku yang menghilangkan kejenuhan kami. Aku sangat bersyukur memiliki mereka.

Setelah sekian lama, kemacetan itu berakhir. Kami menuju tempat wisata yang akan dikunjungi. Menjelang ke sana, kami melihat mobil yang tabrakan beruntun. Ada mobil yang rusak berat, ada yang masuk ke sungai, ada juga korban yang terselip di kolong mobil truk, dan ada juga mobil yang terseret ke pinggir jalan yang menyebabkan bagian belakang mobilnya rusak berat.

Melihat kejadian ini, membuat kami mereview kejadian sebelum keberangkatan. Seandainya Umar tidak beli balon, mungkin kita termasuk dari deretan mobil yang ada pada kecelakaan beruntun ini. Allah masih 8sayang pada kita. Banyak hal uang dilakukan Allah agar kita terhindar dari bahaya.

Kami menuju Pantai Arta yang ada di Kota Pariaman. Tempatnya tenang, sejuk, dan indah menambah kebahagiaan keluarga kecilku. Liburan yang menyenangkan.

bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun