Oleh: Vera Syukriana, S.Pd
Semakin hari Mamaku semakin tua. Sudah banyak yang sakit pada diri mama.
Awalnya aku belum menyadari penyakit mama. Dia tidak pernah mengatakan susahnya pada anak-anaknya.
Apalagi padaku, karena aku anak yang paling dekat sama beliau.Kalau dengar Mama sakit, aku langsung down. Aku langsung kepikiran dan ingin dekatnya.
Sedangkan aku jauh dari Mama. Aku mengabdi di Solok sedangkan Mama di kampung. Aku mengajak tinggal di Solok tapi Mama tidak mau. Dengan alasan tidak mau menyusahkan dan memberatkan anak.
Mama lebih senang di rumahnya di kampung. Karena di kampung dia bisa mengajar ngaji, majelis taklim dan menggarap kebun.
Kesibukan Mama merawat Papa membuatnya tidak pedulikan kesehatannya. Dia lebih sibuk memenuhi kebutuhan Papa dan berusaha Papa segera sembuh.
Suatu ketika, Mama merasakan ada yang beda pada pandangannya. Ada yang menghalang-halangi pandangannya. Dan pandangannya mulai kabur.
Menurut pengakuan Mama, kepalanya sering sakit. Tak sengaja mama menutup mata kirinya, ternyata mama hanya bisa melihat sedikit pada bagian  sudut kanan matanya.
Mama coba datang ke puskesmas terdekat. Kemudian dokter merujuk Mama ke dokter mata di Rumah Sakit Umum Padang Panjang.
Begitu konsul, Mama menyampaikan semua keluhannya. Dokter mencek mata Mama dengan teliti. Kontrol pertama Mama diberi obat tetes dan obat minum.
Seminggu kemudian, beliau kembali kontrol karena tidak ada perubahan. Dokter kembali mencek mata Mama. Alhasil, Mama disarankan untuk operasi .
Mama tidak bisa memutuskan dan meminta waktu pada dokter. Mama butuh musyawarah dengan keluarga terutama anak-anaknya.
Aku langsung ditelpon Mama dan menyampaikan kajadian saat konsul dengan dokter spesialis mata. Aku kaget, "kenapa tiba-tiba disarankan operasi mata, Ma?
Mamaku tidak paham juga, seingatnya dokter bilang tekanan bola mata meningkat sehingga kekuatan pandangan matanya tinggal 35. Dokter pun tidak bilang nama penyakit Mama.
"Kalau operasi apa pandangan Mama bisa kembali lagi", tanyaku penuh harapan.
Aku mendengar suara Mama sedih dan mencoba untuk menjelaskah bahwa operasi gunanya untuk mengurangi kekuatan tekanan bola mata aja tapi pandangan mata tidak bisa sembuh bahkan lama kelamaan akan hilang dan buta.
Ya Allah, aku terdiam dan menghela nafasku dalam tangisku. Aku tidak menyangka Mama punya penyakit separah ini. Aku harus kuat dan tidak mau dengarkan suara sedihku ditelpon. Aku harus kuatkan Mama.
Rasanya, saat itu aku ingin peluk Mama dan tenangkan Mama sambil berucap 'Allah bersama kita, Era sayang Mama'.
Aku coba kuatkan Mama dan tenangkan Mama meski hanya lewat telpon. "InsyaAllah Mama sembuh dan Allah suka pada hambaNya yang punya semangat untuk sembuh", bujukku.
Alhamdulillah Mama tenang. Aku sarankan Mama untuk minum obat secara rutin dan perhatikan kesehatan. Aku janji, saat pulang kampung akan buat kaca mata untuk Mama.
Sehari setelah itu, aku pulang kampung. Aku bawa Mama ke Jailana Optikal. Salah satu toko kaca mata terkenal di Padang Panjang. Sebelumnya, aku mengingatkan Mama untuk membawa resep yang diberikan dokter.
Begitu sampai, kami pilih kaca mata yang bagus dan pas pada face Mama. Berbagai macam model dikeluarkan. Mulai dari bahan plastik sampai besi. Sudah banyak model yang dicoba. Mama memasang dan melihat kekaca , sekali-sekali melirik Papa untuk minta pendapat.
Jatuhlah pilihan Mama pada kaca mata yang bahannya besi. Mama nyaman dan sesuai dengan face Mama. Mamaku kelihatan cantik dengan pilihannya.
Sampai-sampai Papa berkata sembari  menggoda, "Mama makin cantik dan kelihatan muda."
Semua yang ada diruangan heboh dan tertawa mendengar Papa menggoda Mama. Aku yakin, Papa seperti ini karena dia sayang dan mau menghibur Mamaku.
Setelah itu, Bapak Jailana Optikal meminta resep dokter. Bapak itu langsung membaca dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku langsung bertanya,"kenapa Pak?"
Dari resep ini, Mama sakit 'glukoma'. Panyakit ini sangat langka dan tidak bisa disembuhkan dan lama-kelamaan bisa buta. Pernyataan Bpak itu sama dengan penjelasan Mama sebelum ini.
Kacamata ini gunanya untuk memperjelas penglihatan mata dan menyeimbangkan pandangan Mama.
Mama seharusnya cepat kontrol ke dokter mata. Apabila dari awal diketahui penyakit ini maka bisa disembuhkan. Kalau sekarang sudah terlambat.
Mamaku menjelaskan pertama kali merasakan sering sakit kepala Mama merasa ini sakit kepala biasa saja dan minum obat warung saja cukup. Tapi lama kelamaan pandangan jadi terganggu, ingin ke rumah sakit takut Corona. Karena saat itu lagi banyak yang positif Covid.
Ketakutan pada virus yang membahayakan ini, menyurutkan niat Mama untuk berobat. Sehingga mengakibatkan penyakit Mama semakin fatal.
"Apa penyebab sakit glukoma ini Pak?", tanyaku penasaran.
Biasanya penderitanya pada orang yang sakit hipertensi, penyakit gula, dan faktor usia. Dari pernyataan Bapak Jailana, berarti penyebab Mama sakit ini karena faktor usia. Mamaku sudah berumur 66 tahun.
Mendengarkan ini Mama tetap tersenyum seolah-olah tidak mau melihat kesedihannya. Padahal, matanya menyampaikan kesedihan hatinya.
Setelah begitu panjang berbincang di Jailana Optikal, kami menanyakan lama kaca matanya bisa diambil. Bapak Jailana menyampaikan bahwa kaca mata Mama selesainya 20 hari ke depan. Lensa kaca matanya di pesan dulu.
Kami melanjutkan perjalan dan berhenti di Kedai Pecel Leke Om Tok. Tempat makan yang terkenal dan selalu ramai.
Kami mencari tempat duduk lesehan. Kesehan bagiku pilihan utama saat makan di luar. Anak-anakku lebih nyaman dan ruang geraknya tidak terbatas. Bahkan makan pun jadi enak karena merasa nyaman.
Kami memesan pecel lele dan air jeruk panas. Menjelang pesanan datang, aku ingin tau dengan pandangan mata Mama. Aku meminta Mama menutup mata kiri dan melihat dengan matanya yang sakit.
"Apa yang nampak Ma?"
Mamaku mengerjakan yang kuminta dan menyampaikan hasil pandangannya. Dia menatapku dan memandang ke wajahku dengan tangan kiri menutup mata kirinya. "Mama hanya milihat bagian pinggir mata Era di kanan sedikit saja dan selebihnya gelap",jawab Mamaku.
Aku tidak kuat menahan tangisku, gejolak kesedihanku memuncak dan mulai melimpah. Aku langsung menangis dihadapan semua yang ada di meja penantian menu.
Suamiku menenangkanku. Mama bilang, "biarkan aja, InsyaAllah ada obatnya. Hanya Allah yang memberikan yang terbaik dan Allahlah yang menyembuhkan kita. Semua sudah diatur Allah SWT. Semua adalah yang terbaik untuk Mama."
Aku sangat salut sama Mama. Dia tetap sabar dan tidak mau mengeluh serta selalu tenang menghadapi rintangan hidup.
Inilah Mamaku. Orang yang selalu kuat dan menguatkan. Orang selalu sabar dan menyabarkan. Tidak mau melihatkan susah hatinya dan selalu tersenyum dalam keadaan apapun.
Harapanku Mama sembuh dan mata kirinya tetap sehat. Hanya mata kiri yang bisa membantu Mama untuk bisa melihat. Aku bangga memiliki mama yang super tabah atas takdirnya Allah SWT.
Satu permintaan Mama yaitu berdoa mata kiri tetap sehat sehingga Mama dapat baca Al Quran dan ke tanah suci dengan kondisi bisa melihat. Mama sekarang menunggu jadwal naik haji. Mama ingin melihat Mekah dan Madinah serta semua yang ada di tanah suci. Mama ingin beribadah dengan sempurna.
Semoga Allah mengabulkan doa Mama. Mama orang yang hebat dan selalu tabah dalam keadaan apapun. I love u, Mom.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H