Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

My Mom is Super Tough (Part I)

8 Desember 2020   23:56 Diperbarui: 10 Desember 2020   14:03 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketakutan pada virus yang membahayakan ini, menyurutkan niat Mama untuk berobat. Sehingga mengakibatkan penyakit Mama semakin fatal.

"Apa penyebab sakit glukoma ini Pak?", tanyaku penasaran.

Biasanya penderitanya pada orang yang sakit hipertensi, penyakit gula, dan faktor usia. Dari pernyataan Bapak Jailana, berarti penyebab Mama sakit ini karena faktor usia. Mamaku sudah berumur 66 tahun.

Mendengarkan ini Mama tetap tersenyum seolah-olah tidak mau melihat kesedihannya. Padahal, matanya menyampaikan kesedihan hatinya.

Setelah begitu panjang berbincang di Jailana Optikal, kami menanyakan lama kaca matanya bisa diambil. Bapak Jailana menyampaikan bahwa kaca mata Mama selesainya 20 hari ke depan. Lensa kaca matanya di pesan dulu.

Kami melanjutkan perjalan dan berhenti di Kedai Pecel Leke Om Tok. Tempat makan yang terkenal dan selalu ramai.

Kami mencari tempat duduk lesehan. Kesehan bagiku pilihan utama saat makan di luar. Anak-anakku lebih nyaman dan ruang geraknya tidak terbatas. Bahkan makan pun jadi enak karena merasa nyaman.

Kami memesan pecel lele dan air jeruk panas. Menjelang pesanan datang, aku ingin tau dengan pandangan mata Mama. Aku meminta Mama menutup mata kiri dan melihat dengan matanya yang sakit.

"Apa yang nampak Ma?"

Mamaku mengerjakan yang kuminta dan menyampaikan hasil pandangannya. Dia menatapku dan memandang ke wajahku dengan tangan kiri menutup mata kirinya. "Mama hanya milihat bagian pinggir mata Era di kanan sedikit saja dan selebihnya gelap",jawab Mamaku.

Aku tidak kuat menahan tangisku, gejolak kesedihanku memuncak dan mulai melimpah. Aku langsung menangis dihadapan semua yang ada di meja penantian menu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun