Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Insting Si Ketty dan Si Semut

6 November 2020   04:10 Diperbarui: 6 November 2020   04:12 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dopri/Si Buah Hati Ketty

Insting Si Ketty dan Si Semut

Namanya Ketty. Dia berwarna putih abu. Sudah 1 tahun dia bersamaku. Dia sudah tiga kali melahirkan. Pada kelahiran pertama dan kedua, tak satu pun anaknya yang bertahan.Aku melihat, Ketty belum bisa menjga anaknya.

Sekarang Ketty punya keturunan ketiga. Beranak  ke tiga, dia punya 3 ekor anak. 2 jantan dan 1 betina. Ketty sepertinya mulai mendapatkan sifat keibuannya. Dia mulai jarang meninggalkan anak-anaknya.

Malam itu, aku dan keluarga makan di luar. Kebetulan 7 tahun pernikahanku. Jam 21.00 WIB kami pulang. Sesampai di rumah, seekor anak kucing jantan tergeletak bersimbah darah. Kepalanya hampir lepas di makan kucing jantan.

Ku cari Ketty ke belakang, ternyata dia memeluk 2 ekor anaknya. Dia sangat cemas anaknya di ganggu kucing jantan. Tak terbayangkan bagiku, perjuangan Ketty melindungi anak-anaknya dari terkaman kucing jantan tak punya hati itu.

Mungkin Ketty hanya bisa menjaga 2 ekor anaknya dan merelakan anaknya yang 1 lagi dicabik-cabik oleh kucing jantan. Inilah pilihan tepat baginya saat itu.

Sejak itu dia punya 2 ekor anak. Umar memberi nama Koko dan Keke. Aku melihat Ketty sudah mulai bertanggung jawab pada anaknya.

Ketty mulai berubah dan berbeda. Beranak pertama dan kedua, dia mengacuhkan anak-anaknya bahkan tidak mau menyusukan anaknya. Sehingga semua anaknya mati. Sampai aku mengancam Ketty, kalau tidak bisa juga beranak maka Ketty dibuang aja ke pasar. Karena aku tidak tega melihat anak-anaknya diabaikan.

Beranak ketiga, Ketty membuktikan keseriusannya. Sekarang Ketty hebat dan sayang pada anaknya tapi ada saja hal lain yang membuat mereka berpisah. Dia harus menghadapi terpaan dan ancaman dari luar sehingga dia menerima perpisahan yang tak diharapkan ini.

3 Hari yang lalu, Ketty mengeong-ngeong di dapur. Aku menyangka dia lapar. Kebiasannya, begitu aku keluar dari kamar setiap subuh, Ketty menyusuriku dan mengeluskan bulu lembutnya meminta makan dengan suara manjanya.

Tapi hari itu berbeda. Meskipun aku sudah memberikan makan tapi dia tidak mau makan dan tetap mengeong kencang. Dia mondar mandir memandang kolong kulkas. Dia bersikap seperti kehilangan.

Aku lihat, anaknya tinggal 1. Koko tidak ada. Kami menyangka, mungkin koko dimakan lagi oleh kucing jantan. Ketty selalu mengeong sampai hari ke tiga.

Kami mendengarkan ngeongan Ketty semakin sering dan kuat. Sekali-sekali ngeongannya merintih dalam sedihan. Ketty menghampiriku seolah-olah mengajak aku. Dia berlari ke arah kulkas.

Aku tetap tidak arif dengan maksud Ketty seperti ini. Aku ikuti jejak langkah Ketty yang semangat berlari dan mengeong memberi petunjuk. Semakin dekat ke kulkas, akupun mencium bau menyengat dan bau bangkai.

Aku dan suami mencari sumbernya tapi tidak ditemukan. Hidungku dan anak-anak tidak tahan menciumnya. Kami menyangka, ada tikus yang mati di belakang rumah karena dicari tidak ketemu.

Namun, aku ragu kenapa Ketty sibuk dan mengeong? Dia sering menggaruk-garuk lantai sambil memandang ke kolong kulkas. Apa ini ada hubungannya dengan kepergian Koko? Hatiku mengatakan, sepertinya ini bau bangkainya Keke bukan tikus.

Selesai sholat magrib, aku berdoa semoga Allah memberi petunjuk letak bangkai yang sangat mengganggu kami. Ketty tetap mengeong dan menyelundupkan kepalanya mengarah kolong kulkas. Akupun melihat ada semut berjajar ke arah kolong kulkas.

Aku langsung menyadari kalau ini petunjuk dan jawaban atas do'aku. Allah memberi petujuk melalui ngeongan kucing dan semut.

Suamiku mengambil senter, rupanya ada Koko diantar kerumunan  semut besar. Suamiku berusaha mengeluarkan bangkai Koko.

Suamiku mengambil tangkai sapu untuk mengeluarkan Koko. Bangkai Koko sudah mulai lunak. Perlahan-lahan suamiku mendorong Koko keluar dari kolong kulkas.

Tiba-tiba terdengar bunyi berderuk karena  tubuh Koko yang sudah melunak membentur sanding kulkas. Rupanya kepala Koko remuk. Sungguh sadis kematian Koko dan sulit untuk meraih bangkainya. Alhamdulillah dengan kesabaran suamiku, Koko bisa diambil.

Ketty langsung mengejar bangkai anaknya dan mencium-cium Koko. Dia mengeong, merintih dengan suara paraunya.

Inilah proses hidup. Mereka harus berpisah dengan cara ini. Suamiku membuang bangkai Koko. Kulihat Ketty duduk terdiam dengan raut wajahnya yang sedih. Aku merasakan ada kesedihan dibalik diamnya. Sejak itu, Ketty pendiam dan berusaha selalu dekat Keke.

Sepertinya Ketty tidak mau kehilangan Keke lagi. Dia sekarang sering membawa Keke berlarian dan menjilat-jilat Keke sambari memeluk anaknya. Ketty membawa Koko ke bawah meja di ruang tamuku. Ketty trauma atas kehilangan anak-anaknya.

Begitu banyak pelaaran yang dapat kita ambil dari Ketty. Seekor induk kucing saja, mempunyai rasa sedih kehilangan anaknya. Dia mempunyai insting keberadaan anaknya tapi dia tidak ada daya untuk membantu anaknya yang terperangkap di kolong kulkas yang sempit dan gelap.

Binatang saja punya insting, kenapa manusia tidak? Aku lihat, masih banyak orangtua yang menyakiti anaknya, menjual, menganiaya, memperkosa, dan membunuh. Bahkan yang lebih sadisnya lagi, mereka mau membuang anaknya.

Na'uzubillahiminzalik. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Si Ketty dan dapat menjadi orangtua yang bertanggung jawab.

Dan kita pun juga harus menyadari, setiap ciptaan Allah ada manfaatnya untuk kita. Bahkan menjadi petunjuk bagi kita seperti Si Semut yang berjajar menuju bangkainya Koko. Jadi, kita jangan pernah membunuh binatang selagi tidak merugikan dan tidak membahayakan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun