Inilah proses hidup. Mereka harus berpisah dengan cara ini. Suamiku membuang bangkai Koko. Kulihat Ketty duduk terdiam dengan raut wajahnya yang sedih. Aku merasakan ada kesedihan dibalik diamnya. Sejak itu, Ketty pendiam dan berusaha selalu dekat Keke.
Sepertinya Ketty tidak mau kehilangan Keke lagi. Dia sekarang sering membawa Keke berlarian dan menjilat-jilat Keke sambari memeluk anaknya. Ketty membawa Koko ke bawah meja di ruang tamuku. Ketty trauma atas kehilangan anak-anaknya.
Begitu banyak pelaaran yang dapat kita ambil dari Ketty. Seekor induk kucing saja, mempunyai rasa sedih kehilangan anaknya. Dia mempunyai insting keberadaan anaknya tapi dia tidak ada daya untuk membantu anaknya yang terperangkap di kolong kulkas yang sempit dan gelap.
Binatang saja punya insting, kenapa manusia tidak? Aku lihat, masih banyak orangtua yang menyakiti anaknya, menjual, menganiaya, memperkosa, dan membunuh. Bahkan yang lebih sadisnya lagi, mereka mau membuang anaknya.
Na'uzubillahiminzalik. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Si Ketty dan dapat menjadi orangtua yang bertanggung jawab.
Dan kita pun juga harus menyadari, setiap ciptaan Allah ada manfaatnya untuk kita. Bahkan menjadi petunjuk bagi kita seperti Si Semut yang berjajar menuju bangkainya Koko. Jadi, kita jangan pernah membunuh binatang selagi tidak merugikan dan tidak membahayakan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H