Ada sepeda jadul, tempat tidur jadul, petromaks (lampu minyak tanah), berbagai ornamen jadul, segulungan kayu bakar, bambu yang biasa untuk ambil nira/legen/badeg, dapuran (kebun bambu), ayunan kayu dan paling belakang adalah "dalem eyang" atau rumah nenek/kakek.
Selain kita dimajakan dengan sejuknya pemandangan dan suasana jadul yang merindukan, sajian yang terhidang juga sangat ndeso seperti jaman dulu.Â
Di meja kayu sudah tersaji setampah gelas seng dan air teh dalam ceret (teko). Menu utama adalah nasi komplit dengan lauk pauk ndeso seperti oseng-oseng, temoe dan tahu goreng, gesek/ikan asin, sambal dan ayam yang dinikmati dengan piring seng juga.Â
Kalau cuci tangan sudah ada "padasan", jaman dulu digunakan untuk berwudhu yaitu wadah yang terbuat dari tanah liat seperti kendi/gogok (biasanya tempat air putih). Satu porsi perorang 30 ribu rupiah untuk nasi komplit. Ada juga mendoan khas Banyumas dan pisang goreng yang disajikan diatas talenan kayu.
Berbagai minuman tradisional juga ada, seperi badeg/legen/nira, kopi clebek (kopi numbuk sendiri manual), wedang uwuh dan lainnya. Semua terhidang dengan bahan seng seperti jaman dulu, membuat suasana hati kita merasakan damainya dimanja kakek dan nenek pada masa kecil.
Begitulah suasana yang tergambar di Warung Jegangan, bagi yang dekat silahkan merapat dan yang jauh cukup nikmati gambar-gambarnya dulu. Terima kasih dan selamat kembali ke jaman kuna mekuna.
Vera Shinta KBC-26
KomBes Brebes Jateng