"Reno sakit lagi?" suara empuk itu terdengar di telingaku
"Iyah," jawabku sambil meredakan desiran lembut yang merayap
"Maap tengah malam minta tolong begini, gak ada orang lain yang bisa belikan obat buat Reno," tanpa diminta aku menjelaskan
"Hhmmm nanti aku cari tapi butuh waktu lama karena disini juga gak ada apotik buka 24 jam," jawabnya
"Iya gapapa," pelan aku menjawab
Suara itu menghilang dengan matinya telpon. Pasti dia langsung pergi mencari obat untuk Reno.
Lamunanku membayang 10 tahun yang lalu saat pertama bertemu dan setahun kemudian menikah, Reno lahir di tahun berikutnya.
Ternyata kebersamaan itu tak lama, dia harus menjaga nenek dan ibunya sedangkan aku tak boleh ikut bersama mereka.
Entah apa yang ada dalam pemikiran orang tua itu, tega memisahkan anak dengan ayahnya. Hingga akhirnya perpisahan itu terjadi karena dia tak berani membantah perintah dua perempuan yang selalu ada dalam hidupnya.
Cinta yang harus terpisah karena ego, dulu aku sangat sakit dan selalu merindukannya. Namun seiring waktu rasa itu menghilang, hanya demi Reno kadang masih saling berkabar.
Tinggal di kota bersebelahan namun tak pernah bertemu 2 tahun ini, sejak aku dengar ada perempuan yang dijodohkan dengannya. Bahkan nafkah untuk anaknya pun tak pernah ada lagi, tapi aku tak bisa membencinya karena dia pernah menempati ruang istimewa di hatiku.