Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lockdown Versi Brebesan

24 Maret 2020   14:52 Diperbarui: 24 Maret 2020   15:09 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto kiriman Dwi Agustini

Suasana setelah 10 hari turunnya kebijakan untuk meliburkan sekolah ternyata justru makin mencekam. Berita tentang jumlah pasien yang terkena virus corona makin bertambah dan menyebar diberbagai daerah di Indonesia, apalagi kalau dengar ada yang menjadi Orang Dalam Pengawasan (ODP) ataupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) itu berada di dekat daerah kita. 

Beredarnya informasi yang berseliweran entah benar atau tidak tetap saja membuat orang makin waswas dan panik, tidak hanya memikirkan cara bagaimana bisa memutus penyebaran virus tapi juga bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari bila tidak boleh kerja padahal penghasilan dari kerja harian.

Wilayah Brebes terlihat warganya masih bandel beraktivitas walau surat edaran untyk social distancing sudah mereka ketahui. Memang susah menahan warga Indonesia untyk semua patuh langsung tinggal dirumah tanpa aktivitas keluar karena kebutuhan hidup juga harus dipikirkan. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sekarang beredar peringatan serius namun dengan bahasa Brebesan yaitu jawa ngapak, dengan membuat singkatan Lockdown disesuaikan keadaan saat ini.

Langka plesiran (tidak ada piknik)

Ora usah klayaban (tidak usah bepergian)

Cukup nang omah (cukup di rumah)

Kumpul karo keluarga (kumpul dengan keluarga)

Dipe awake (dijemur badannya)

Olahraga sing cukup (olahraga yang cukup)

Wisuh tangane (cuci tangannya)

Ndongane dakeih (berdoanya diperbanyak)

Pesan tersebut sangat pas untuk menghadapi situasi COVID-19, tinggal apakah masyarakat mau mematuhi atau tidak. Minimal mengurangi ruang gerak, tidak keluar tumah bila tidak penting sekali. Mungkin juga bagi pekerja harian juga susah untuk bekerja dari rumah. Paling tidak mereka paham bahayanya corina dan tahu juga cara menghindarinya demi kesehatan diri, orang lain dan Indonesia. 

Poto kiriman Dwi Agustini
Poto kiriman Dwi Agustini
Saat ini serempak polisi sektor beberapa daerah mengadakan patroli keliling kampung mengingatkan warga untuk diam dirumah dan membubarkan warga yang tengah berkerumun. Kegiatan ini sangat membantu warga punya rasa takut, tidak takut sama corona tapi mereka takut sama polisi yang patroli sehingga tidak berani keluar rumah.

Semakin hari terlihat jalan raya makin sepi, pedang di pasar makin berkurang, toko makin sepi pelanggan juga. Sebenarnya sangat memprihatinkan melihat usaha mereka harus tersendat karena banyak orang tidak keluar rumah tapi semua itu dilakukan untuk memutus penyebaran virus agar segera kembali normal keadaan dunia sehingga semua aktivitas bisa normal kembali.

Poto kiriman Sumiyati
Poto kiriman Sumiyati
Para ibu juga waswas dengan keadaan ini, kasihan melihat anak-anak terkurung di rumah namun takut bila membolehkan mereka keluar rumah. Aktifitas seorang ibu tidak terhenti kecuali acara belanja memang cukup sama penjual sayur keliling dan tidak mengadakan arisan atau pengajian duku. Itulah usaha-usaha yang bisa dilakukan saat ini, semoga wabah ini segera berlalu dan dunia kembali sehat dan damai.

KBC-26 | Kompasianer Brebes Jawa Tengah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun