Guru adalah profesi yang umum ada diseluruh dunia ini, dari guru tingkat anak balita sampai perguruan tinggi. Baik yang formal maupun non formal, semua disebut guru bagi mereka yang membagikan ilmu pada peserta didik.
Jaman dulu menjadi guru tidak begitu menarik karena mereka benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa, dalam arti secara finansial gaji yang mereka terima tidak sepadan dengan oengabdian dan pengorbanannya.
Kalau sekarang pekerjaan guru banyak sekali yang mengincar dengan anggapan gajinya banyak dan dapat sertifikasi. Padahal tidak semua guru mendapatkan kesejahteraan itu. Lihatlah para Guru Tidak Tetap (GTT) ataupun disebut guru honorer, terutama GTT di sekolah negeri.
Mereka hanya mendapat honor tidak sebenara dari sekolah tersebut, kalaupun dapat dana APBD atau APBN juga masih sangat jauh dibandingkan dengan guru yang sudah PNS.
Pengorbanan dan pengabdian mereka sama dengan yang PNS tapi kesejahteraannya sangat njomplang alias berbanding terbalik. Beda dengan GTT di sekolah swasta justru mereka punya kesempatan mendapat sertifikasi, masih terbantu kesejahteraannya.
Sebenarnya kali ini bukan mau ngomongin kesejahteraan guru tapi lebih pada rasa terima kasih kita kepada guru. Bagaimanapun para guru telah memberikan kita ilmu baik dari mata pelajaran ataupun budi pekerti. Sebadungnya murid pasti mengenal gurunya dan bila sudah besar biasanya berubah menjadi orang yang lebih baik lagi tentunya. Apakah kita sudah berterima kasih pada guru?
Seorang guru tidak pernah mengharap pamrih dari murid-muridnya, mereka menjalankan tugas dan kewajiban dengan maksimal. Ada sabar dan emosi itu manusiawi, semua dilakukan untuk kebaikan anak didik. Saat melihat muridnya tumbuh besar menjadi bagian dari masyarakat akan ada rasa ikut bangga pada hati seorang guru.
Menjadi apapun profesi muridnya, selagi itu baik pasti akan menjadi kebanggaan guru. Bagaimanapun pernah andil dalam proses kehidupan mereka, suka duka pernah dijalani walau tidak semua senang dengan guru tersebut. Tapi apa salahnya kita berterima kasih, walau hanya sedikit kenangan yang ada tapi mereka tetap bagian dari kesuksesan hidup kita.
Mengungkapkan terima kasih pada guru bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak. Bisa saja saat kita masih sekolah di hari istimewa mengucapkan rasa terima kasih, saat perpisahan ataupun dikala hari biasa tak ada salahnya memberi ucapan terima kasih.
Hal yang sangat remeh temeh tapi bermakna bagi guru, pasti akan terlihat mata yang berkaca-kacabkarena buncahan rasa seneng mendapatkan ucapan sederhana namun sangat berarti.
Pada saat kita dijalan ataupun ditempat mana melihat guru yang pernah mendidik kita, sempatkanlah mendatangi dan kembali mengenalkan diri. Guru tidak akan hafal semua muridnya yang jumlahnya puluhan ribu, maka jangan suka tebak-tebakan sama guru biar mengenal kita.
Kita harus maklum dengan keterbatadan memori, sebagai murid yang pernah diajar hatusnya kita yang memperkenalkan diri. Hanya di sapa dan masih dikenal oleh muridnya sudah menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersediri bagi seorang guru, betapa waktu cepat sekali berputar hingga menyisakan kenangan pada sebuah proses belajar.
Barangkali kita kebetulan berada pada sebuah rumah makan yang sama pada guru, cobalah sedikit memberi kejutan kebahagiaan untuk beliau. Bayarkanlah makanan yang telah dipesannya secara diam-diam, tak perlu memperlihatkan diri.
Bukan kita tak mau menyapa tapi sesekali tak apa memberi kenangan manis ada seorang murid telah memperhatikannya dengan membayarkan jamuan makan yang telah beliau pesan.Â
Yakinlah hati mereka akan tersentuh dan doa-doa kebaikan akan mengalir pada murid-muridnya. Doakan pula guru-guru agar ilmu yang telah mereka berikan menjadi ladang oahala yang tak ada habisnya. Berterima kasihlah pada guru dengan menyentuh hatinya melalui hal-hal ringan yang sangat berarti. Sudahkan kita berterima kasih pada guru?
KBC-26
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H