Mohon tunggu...
Vera Setianingsih
Vera Setianingsih Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pemahaman Etik dan Moral dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Keperawatan

27 Mei 2019   08:33 Diperbarui: 27 Mei 2019   09:03 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perawat merupakan tenaga yang professional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistic. 

Seperti disebutkan perawat itu sebagai ibu rumah tangga, "Ibu rumah tangga yang selama 24 jam di ruang perawatan, sementara dokter, ahli gizi dan lainnya adalah tamu yang hanya sebentar di sisi pasien,"  (Ariani, 2017).  

Maka peran perawatlah yang berapaspasan langsung dengan pasien akan sangat memungkinkan pasien untuk menilai kualitas pelayanan di rumah sakit tersebut. Perawat dalam mengimplimentasikan proses keperawatan, utamannya yaitu dengan menggunakan cara berkomunikasi. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ghiyasvandian, Zakerimoghadam, dan Peyravi (2015) dalam jurnal (Arumsari, D.dkk. (2016), di Iran  menyatakan bahwa perawat merupakan inti dalam komunikasi dan memainkan peranan penting dalam memfasilitasi komunikasi yang profesional, hal ini dikarenakan perawat merupakan jembatan penghubung antara pasien dan keluarga dengan tenaga kesehatan profesional lainnya.

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah ilegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan  keperawatan menigkatkancitra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Nugroho & Aryati, 2013). 

Selain itu keterampilan berkomunikasi juga dapat memudahkan dalam berkolaborasi dengan profesi lain. Sehingga ketrampilan berkomunikasi menjadi dasar penting yang harus di kuasai bagi seorang perawat.

 Pada kenyataanya, mennurut beberapa jurnal , rata-rata hasil data yang didapatkan dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukan 67% pasien mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan kesehatan, terutama dalam hal komunikasi. 

Tingkat kepuasan pasien dinilai dari setiap tahap komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh seorang perawat yaitu fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Berdasarkan dari hasil kuesioner RSUD dr. Rasidin didapatkan data bahwa pada saat perawat masuk ke ruangan tidak tersenyum kepada pasien sebanyak 52,5%. 

Sebanyak 54,6% pasien mengatakan perawat tidak pernah menyebutkan tujuan sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu. Hasilnya kuisioner sebanyak 53,9% pasien mengatakan bahwa perawat tidak pernah mengingatkan untuk meminum obat (Transyah, C. H., & Toni, J. 2018).

Permasalahan mendasar adalah perawat tidak menerapkan secara maksimal prinsip-prinsip profesionlisme dan juga kode etik keperawatan. American Association of Colleges of Nursing (AACN) telah menyusun tujuh nilai esensial yang menjadi nilai profesional tenaga kesehatan profesi ners dalam melakukan asuhan keperawatan. Ketujuh nilai tersebut adaah altruisme, persamaan, estetika, kebebasan, martabat manusia, keadilan, dan kebenaran. 

Nilai tersebut mempengaruhi cara tenaga kesehatan profesi ners dalam berinteraksi dengan pasien dan menggunakan dirinya sebagai theraupetic use of self. Selain itu, nilai-nilai tersebut membangun bingkai idealisasi terhadap sosok perawat berdasar Potter & Perry dalam (Hartiti, T. 2018).

Beberapa faktor yang memperlambat perkembangan perawat secara profesional yaitu

antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan, rendahnya rasa percaya diri/harga diri

dengan adanya pernyataan bahwa perawat adalah pembantu dokter hal ini dikarenakan masih

rendahnya ilmu pengetahuan perawat, kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan

riset keperawatan, pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang

sempit, dan rendahnya standar gaji perawat, serta sangat minimnya perawat yang menduduki

pimpinan di institusi pendidikan. Faktor-faktor ini dikhawatirkan akan memengaruhi persepsi

mahasiswa keperawatan untuk menjadi seorang perawat profesional dimasa akan datang (Nursalam, dalam Hartiti, T. 2018)

Apabila di hubungkan dengan nilai moral dan etik, dimana moral membahas tentang benar dan salah, sedangkan etik membahas tentang baik dan buruk. Seseorang yang mempunyai pemahaman moral dan etik yang baik, akan memiliki  kepercayaan diri yang matang dan keinginan tahu yang tinggi. Dimana  suatu kebenaran atau kebaikan itu menjadi prinsip dalam hidupnya tanpa menghiraukan persepsi buruk dari orang lain. 

Pemahaman tentang nilai moral dan etik menjadi penting bagi seorang perawat. Dalam moral pun menurut teori Korberh bahwa ada tingkatan moral, dimana tingkatan itu  bisa di tumbuhkan denga kita peduli kepada lingkungan (caring) (KriSna, 2019). 

Menurut yang penulis yakini dalam agama Islam bahwa caring merupakan bentuk implementasi bahwa manusia mencontoh sifat Asmaul Husna yaitu rahman dan rahim yang artinya  engasih dan penyayang , dimana sifat itu akan muncul jika ada keimananan, yaitu yakin bahwa apa yang di berikan kepada orang lain akan mendapatkan balasan kebaikan.  Caring yang Tuhan ajarkan adalah seperti kasih seorang ibu kepada anaknya ( Noordiawan, 2019). Jadi kepercayaan kepada Tuhan akan menumbuhkan sifat caring.

Dengan demikian keyakinan kepada Tuhan dan pemahaman tentang moral dan etik akan menumbuhkan rasa percaya diri,  yang akan meningkatan tingkat caring seorang perawat. Seorang perawat yang caring akan mampu berkomunikasi dengan baik kepada klien. 

Sehingga akan meingkatkan kepuasan klien dan mutu pelayanan kesehatan. Maka, di bulan Ramadhan yang berkah ini, mari kita manfaatkan untuk mengasah keimanan, sehingga manusia bisa memancarkan sikap caring sebagai buah dari keyakinannya dengan percaya diri dan antusias.

Daftar Pustaka

 

Arumsari, D. P., Emaliyawati, E., & Sriati, A. (2016). Hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien dalam perspektif perawat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(2), 104-114.

Ariani,. Manggala, Yudha. (2018, Maret). Perawat Harus Bisa Beradaptasi di Era Digital. Di akses dari

Hartiti, T. (2018). Nilai Profesional Perawat Pada Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Semarang. InProsiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 1).

Ladesvita, F., & Khoerunnisa, N. (2017). 5 Dampak komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di puskesmas warakas jakarta utara. Jurnal akademi keperawatan husada karya jaya, 3(1).

Noordiawan, D. (2019).  Asmaul Husna. Catatan Ngaji Pribadi.

Transyah, C. H., & Toni, J. (2018). Hubungan penerapan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(1), 88-95.

Yetti, K. (2019). Etika Kepedulian. Diakses dari 

Yetti, K. (2019). Perkembangan Etik Keperawatan dan Pembentukan Moral. Diakses dari 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun